3/16/08

RAHASIA DIBALIK KALIMAT TAUHID DALAM AYAT -AYAT AL QUR'AN



بسم الله الرحمن الرحيم

أسرار كلمة لااله الا الله في ايات القرآنية

Rahasia Dibalik Kalimat Tauhid Dalam Ayat-Ayat Al Qur'an

Sesungguhnya wajib bagi kita untuk mengenal Allah ( tauhid ) sebelum kita beribadah & beramal karena suatu ibadah itu diterima jika Tauhid kita benar & tidak tercampur dengan kesyirikan ( menyekutukannya dalam peribadatan ) , maka tegaknya ibadah & amalan kita harus didasari terlebih dahulu dengan At Tauhid sebagaimana akan kita jelaskan dibawah ini :

pertama : Allah ta'alaa berfirman kepada Rasulullah dalam QS Muhammad : 19






فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَوَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
" Ketahuilah ( ya Muhammad ) sesungguhnya tidak ada sembahan yang haq kecuali Allah, & mohonlah ampun bagi dosa-dosamu, dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. ( muhammad : 19 )




Ketahuilah – semoga Allah merohmatimu- sesungguhnya Allah menegaskan & mendahulukan serta mengutamakan untuk mengetahui dan berilmu tentang At tauhid dari pada beribadah yaitu beristifghfar, dikarenakan " mengenal tauhid menunjukkan ilmu 'usul ( dasar pokok & pondasinya agama ), adapun beristighfar menunjukkan ilmu furu' ( cabang dan aplikasi dari ilmu usul tersebut )", dan dalam Qaidah :




الاصل يجب تقديمه على الفرع



ilmu usul wajib di dahulukan atas ilmu furu'




karena sesungguhnya dikatakan :
( مالم يعلم وجود الصانع امتنع القيام بطاعته و خدمته ),

" siapapun yang tidak mengenal penciptanya maka terhalang baginya untuk mentha'ati & beribadah kepadaNya dengan baik dan benar"

dan hal yang senada & sesuai dengan ayat ini banyak sekali di sebutkan dalam Al Qur'an.





kedua: Sesungguhnya nabi Ibrahim tatkala beliau berdo'a lebih mengutamakan untuk ma'rifah ( berilmu ) dari pada keta'atan ( ibadah) beliau berdo'a :




رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
Ya Allah karuniakanlah kepadaku hikmah ( ilmu ) dan masukanlah aku kedalam golongan orang- orang yang sholeh ( as su'aro : 83 )




Maka kalimat : هب لي حكما(karuniakanlah kepadaku hikmah ( ilmu)) menunjukkan kesempurnaan pemikiran dan pemahaman untuk berilmu & mengetahui segala sesuatu ( ma'rifah ) adapun kalimat: و ألحقني بالصالحين (dan masukanlah aku kedalam golongan orang- orang yang sholeh ) menunjukkan kesempurnaan amalan untuk bisa menjauhi dua hal yaitu ifradh ( extrim ) & tafridh ( malas & semaunya ) dalam beribadah, maka beliau lebih mengutamakan berilmu dahulu sebelum beramal.

Ketiga: Allah ta'alaa berfirman tatkala memilih & nabi Musa –alihis salam- sebagia RasulNya dan Allah mewahyukan kepadanya :




وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَى () إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي "
Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku ( QS thahaa 20 : 13-14 ).





Maka kalimat : لا اله الا انا (tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku )menunjukkan atas ilmu usul pondasi dasar dari at tauhid adapun kalimat : فاعبدني ( maka sembahlah Aku )menunjukkan atas ilmu furu' dan aplikasi dari ilmu usul maka berilmu tentang Tauhid didahulukan dan di utamakan dari pada beramal ,( karena suatu amalan itu akan di terima jika tauhidnya benar pent.) .

Keempat: Sesungguhnya Nabi 'Isa – alaihis salam - tatkala Allah memberikan kemampuan berbicara di waktu bayi beliau berkata :




قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آَتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا
"sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah yang diberikan kepadaku kitab ( maryam : 30 ) "





maka kalimat اني عبد الله ( aku ini adalah hamba Allah) menunjukkan ilmu usul ( tauhid ) adapun kalimat ءاتاني الكتاب menunjukkan ilmu furu' karena butuhnya ( diberikan ) kepadanya kitab adalah untuk mengetahui hukum-hukum & syariatnya (dalam rangka untuk mengamalkan dan mempraktekkan konsekuwensi dari pengakuannya sebagai hamba Allah pent.) bukan untuk mengenal Allah secara lansung .
Dan tidak ada perselisihan sedikitpun dikalangan para ulama salaf dan khalaf serta umat islam seluruhnya bahwasanya : paling afdal & utamanya para nabi & rasul adalah ke empat nabi tersebut ( Muhammad, Musa, Isa, & Ibrahim ) , tatkala Allah menetapkan & memerintahkan kepada empat rasul yang mulia ini untuk ma'rifah ( berilmu & mengetahui ) ilmu usul dan dasar serta pondasi ad dieen yaitu Tauhid sebelum ilmu furu' ( sebagia aplikasi dari ilmu usul )

Inti dari pembahasan diatas : jadi telah tetap (syabit) dan benar (haq) bahwasanya berilmu dan mengetahui serta mengenal at tauhid itu adalah kewajiban yang paling pokok & utama sebelum mengenal yang lainya serta beramal ( karena suatu amalan itu akan di terima jika tauhidnya benar pent.) .

Adapun dalil-dalil lain yang menguatkan & lebih luas lagi kita paparkan dibawah ini :

PERTAMA :
Telah sepakat jumhur mufassirin bahwasanya ayat al qur'an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi muhammad SAW adalah surat al alaq : 1-5 : ( lihat HR : bukhari : 3 dan imam muslim : 160 ) :




اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ () خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ () اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ () الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ () عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ()
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan (1) menciptakan manusia dari segumpal darah ( 2) bacalah dengan nama Tuhanmu yang maha mulia (3) yang telah mengajar manusia dengan qolam (4) yang telah mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya(5) ( QS al alaq : 1-5)





Jika kita perhatikan dengan teliti maka didalam ayat ini banyak mengandung dalil dalil tentang Tauhid, yang demikian itu diantaranya adalah menetapkan adanya Dzat Maha Pencipta : mencitakan manusia dari segumpal darah, kemudian Allah menekankan & menegaskan masalah ini dengan lembut tapi pasti, akan lebih jelas lagi kalau kita kemukankan disini dengan sistem tanya – jawab :
Jika berkata seorang penanya : seharusnya ada hubungan & sambung menyambung dalam suatu kalimat / paragfaf, di sini Allah menyatakan : telah menciptakan manusia, dan menciptakannya dari segumpal darah ( الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ)
kemudian setelah itu Allah mengatakan : yang telah mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya :(عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ)
maka apa & makna hubungan antara kedua perkara ini ?

Jawabnya : sesungguhnya paling rendahnya & hinanya permulaan dari penciptaan manusia adalah : dari segumpal darah, dan ini sudah Allah tetapkan kepada setiap orang, dan paling mulia & tingginya martabat manusia jika sudah berilmu & mengetahui segala sesuatu, maka seakan-akan Allah mengatakan : wahai hambaku perhatikan & lihatlah keadaanmu waktu pertama kali kamu diciptakan tatkala masih berupa segumpal darah, dan itu adalah paling rendahnya & hinanya keadanmu sampai akhirnya kamu bisa berbicara, dan bisa mengetahui segala sesuatu, dan itu adalah paling tingginya martabat & keadaanmu, maka ketahuilah sesungguhnya tidak mungkin itu terjadi begitu saja dari sesuatu yang hina & rendah berkembang menjadi pandai & berilmu kecuali dengan ketentuan Dzat yang maha pencipta & maha mampu, yaitu Allah , maka salah jika ada yang mengatakan itu adalah hal yang alami & biasa terjadi, ( maha suci Allah atas ucapan-ucapan orang-orang yang dholim ).

KEDUA :
Sesungguhnya Allah ta'alaa telah memuji orang-orang mukmin dalam surat Al baqoroh dari ayat pertama sampai pada ayat ke lima yaitu :




أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung ( QS AL Baqarah : 05)




dan Allah mencela orang-orang kafir dalam dua ayat setelahnya(yaitu ayat ke : 6 & 7) dari :




إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

" Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat ( QS Al baqarah : 06-07).




kemudian mencela orang-orang munafiq dalam 13 ayat berikutnya :




وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آَمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman ( Qs Al Baqarah:08)




sampai sebelum ayat ke 21 :




يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa( QS Al Baqarah:21)




maka tatkala Allah memuji orang yang beriman kemudian Allah mencela & menghinakan orang-orang kafir serta munafiqin, seakan akan dikatakan : "pujian & celaan ini tidaklah bisa ditegakkan kecuali dengan mengemukakan & menunjukkan dalil-dalil atas penetapan Tauhid, Nubuwah ( diutusnya nabi muhammad), dan hari pembalasan ( kiamat ), karena pada dasarnya usul & pokoknya islam adalah terkandung dalam 3 perkara ini".




Maka Allah mulai menetapkan adanya Tauhid dan menjelaskan hal ini dengan lima macam dari dalil-dalil yang pasti & tak terbantahkan ( dalam dua ayat berikutnya yaitu ayat ke : 21-22 ) all : .




يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ () الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ ()




Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui ( QS Al BAqarah : 21-22)

Pertama :Allah menetapkan tauhid dengan menunjukkan dalil pada pribadi manusia itu sendiri sebagaimana firmannya :




اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ
" sembahlah tuhanmu yang telah menciptakan kalian" ( QS : 02:21)





Kedua : dengan menyebutkan keadaan bapak & pendahulu mereka sebagaimana firmannya :






وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
dan juga Tuhannya orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. (QS : 02:21).




Ketiga : dengan menunjukkan keadaan penciptaan bumi sebagaimana ayat berikutnya :]




الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا
yang telah menjadikan bagi kalian bumi yang dihamparkan (QS al baqarah 02:22).




Keempat : dengan keadaan penciptaan langit sebagaiman kelanjutan ayat tersebut




وَالسَّمَاءَ بِنَاءً
dan yang telah menciptakan langit (QS al baqarah 02:22).




Yang kelima dengan menunjukkan kejadian yang berhubungan dengan langit & bumi sebagaimana firmannya :




وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ
dan yang telah menurunkan air hujan dari langit maka Allah mengeluarkan dengan air tersebut buah-buahan sebagai rizki bagi kalian ( Qs :al baqarah 02:22 )




karena sesunggunya langit itu seperti bapak dan bumi seperti ibu, keluarlah air hujan dari rusuk ( shalbi ) langit masuk kedalam rahim bumi maka melahirkan dan menumbuhkan dari air tersebut bermacam-macam tumbuhan, maka tatakala Allah menyebutkan & menjelaskan lima dalil tersebut diatas maka yang di tuntut dari manusia adalah :




فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
maka janganlah kalian menyekutukan Allah itu tandingan-tandingan dan kalian mengetahuinya ( al baqoroh : 22 ).




Yang demikian itu sesungguhnya dalil-dalil diatas menunjukkan & menetapkan adanya Dzat yang maha pencipta dari berbagai segi, diantaranya menunjukkan keadaan Allah yang esa & tunggal, dari segi lain Allah mampu memcitakan berbagai kejadian & peristiwa dimana juga mampu untuk tidak menciptakan peristiwa tersebut ( Maha Berkehendak ), bahkan mampu untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dengan kejadian & peristiwa yang di sebutkan diatas, dan itu semuanya menunjukkan adanya Dzat Maha Pencipta & Maha Kuasa, sebagaimana pula Allah menciptakan itu semua tidak untuk menjadikan kerusakan & kehancuran, dan ini menunjukkan keesaan Dzat yang maha pencipta & maha berkehendak sebagaimana Allah jelaskan :




لَوْ كَانَ فِيهِمَا آَلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا
Kalaulah seandainya di bumi & di langit itu ada dua Tuhan selain Allah sungguh akan rusaklah bumi & langit tersebut ( al ambiya : 22)





Inti dari pembahsan diatas: Oleh karena itu Allah menjelaskan & menunjukkan lima dalil tersebut diatas, maka konsekuwensi dari penciptaan manusia & jin dan di tuntut dari shaqolain ( jin & manusia ) ini adalah :
Pertama: untuk menetapkan( mengakui dan mengetahui serta mengenal ) adanya Dzat yang mencipta dan
Kedua: menetapkan bahwasanya Dzat maha pencipta itu Esa ( satu & tunggal ), karena makna dari ayat :




فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ




mencakup 2 hal diatas : menetapkan adanya sembahan ( Tuhan ) & menetapkan bahwasannya Tuhan itu hanya satu & esa ( tauhid) dengan meniadakan ( menafikan semua sembahan selain Allah .




Ibnu Qayyim mengatakan : Jika hanya isbath (menetapkan) adanya sembahan maka belum di sebut at tauhid , begitu juga sebaliknya, jika hanya menafikan & meniadakan semua sembahan , maka ini juga belum di sebut at tauhid , karena at tauhid itu harus menisbatkan (menetapkkan ) adanya satu sembahan semata ( yaitu Allah ta'alaa ) dan juga menfikan dan meniadakan semua sembahan selain Allah ( lihat fathul majid bab 1 )

Kemudian dari penjelasan ayat diatas, sungguh ada hikmah yang sangat lembut & indah yaitu : "urutan yang berfaedah dalam memberikan penjelasan dan pelajaran hendaknya memulainya dari hal-hal yang mudah dipahami & yang nampak ( dhahir ) kemudian berlajut dengan hal-hal yang agak tersembunyi ( gha'ib ) & luas sehingga kita bisa mengambil faedah & manfat dari ilmu tersebut.
inilah keagungan Allah yang dapat kita pahami dalam ayat ini yang sangat detail dalam merinci dalil-dalil untuk menetapkan adanya Dzat maha pencipta, dimana Allah menjelaskan :






اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ
" sembahlah tuhanmu yang telah menciptakan kalian" ( QS : 02:21)





Sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan diri kalian maka Allah menujukkan dalil bagi setiap orang berakal untuk melihat diri meraka sebelum melihat kepada yang lainnya, karena memperhatikan keadaan diri sendiri lebih sempurna & lebih detail dari pada memperhatikan ahwal yang lainnya, maka manusia itu secara pasti akan mendapati dirinya kadang sakit, kadang sehat, kadang bahagia kadang sedih, dulu masih muda kemudian berubah menjadi tua, maka perubahan yang terjadi & dialami diri manusia itu sendiri bukanlah kehendaknya sendiri atau kehendak orang lain akan tetapi adalah kehendak & takdir Allah ta'alaa , kadang juga telah bersungguh –sungguh dalam mencari segala sesuatu ( rizki ) & tidak mendapatkan apa yang dia cari, kadang juga dengan santai & ala kadarnya tapi bisa mendapatkan keinginanaya, tatkala dia mengetahui kekurangan & kelemahan dirinya sebagai manusia walaupun telah bersungguh-sungguh : maka seharusnya manusia itu mengakui & menetapkan adanya Dzat yang mengatur itu semua diatas kemampuan manusia.
Dan kadang pula orang yang pandai & berakal telah bersungguh-sungguh dalam mencari rizki & tidak mendapatkannya, ada juga orang yang bodoh dengan mudah & gampang mendapatkan apa yang dia cari.
Kesimpulannya : Maka nampaklah dari penjelasan ini semua bahwasanya semua apa yang manusia cari & inginkan susah ataupun gampang untuk didapat itu sudah Allah takdirkan & tentukan yang tidak mungkin kita membantah & tidak menerima ketentuan Allah tersebut, sebagaimana dalil-dalil berikut ini dari firmanNya :




نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
Kami telah membagi ( menentukan ) diantara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia ( az zuhruf:32)




أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ
Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan ( an naml : 62)




قُلْ مَنْ يَكْلَؤُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
Katakanlah siapakah yang bisa memelihara kamu diwaktu malam dan siang ( al ambiya: 42 )





Secara ringkasnya tatkala setiap orang lebih memperhatikan dirinya sendiri dari pada yang lainnya maka akan diutamakan & didahulukan dalam mengambil dalil dari dalil-dalil yang lain.

Maka setelah mengemukakan dalil ini maka Allah mulai meningkat pada dalil berikutnya yaitu : supaya manusia juga memperhatikan keadaan bapak & nenek moyangnya dahulu, & penduduk daerahnya sebgaimana dalam firmannya :




وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
dan juga Tuhannya orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. (QS : 02:21).




kemudian meningkat lagi ke hal yang lebih luas yaitu dengan memperhatikan keadaan bumi tempat tinggal semua makluq, yang didalamnya allah menciptakan banyak jenis & macam makhluk & tumbuh-tumbuhan sebgaimana dalam firmanNya :





الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا
yang telah menjadikan bagi kalian bumi yang dihamparkan (QS al baqarah 02:22).




sebagaiman dalam ayat yang lainnya :




وَفِي الْأَرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ
dan dibumi ini allah menciptakan bagian-bagian yang berdampingan ( ar ra'du : 4 )




Allah juga berfirman:




وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيضٌ وَحُمْرٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا وَغَرَابِيبُ سُودٌ
Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. ( al fatir : 27 )




kemudian meningkat lagi yaitu untuk memperhatikan planet & langit yang diantara bintang itu ada yang besar ada yang kecil ada yang dekat ada yang jauh, ada yang cepat ada yang lambat:,




وَالسَّمَاءَ بِنَاءً
dan yang telah menciptakan langit (QS al baqarah 02:22).





sebagimana Allah katakan dalam QS al ambiya : 33




كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.( al ambiya' : 33)




juga firmanNya:




رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ



tuhannya timur & barat ( al muzammil: 9)





juga firmanNya :




رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ
tuhannya dua timur & tuhannya dua barat ( arrahman : 17 )




firmanNya:




فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ
Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang; sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.( al ma'arij: 40)





وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya ( al a'raf: 54)




تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا
Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.( al furqon:61)





أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا () وَجَعَلَ الْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًا وَجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا.



Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?. Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? ( nuh : 15-16)





kemudian meningkat lagi yaitu untuk memperhatikan dintara faedah dan kegunaan langit adalah tempat di turunkannya hujan sehingga dengan hujan tersebut tumbuhlah buah-buahan sebgaia rizki bagi kita semuanya, sebagimana firmannya :

وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ
dan yang telah menurunkan air hujan dari langit maka Allah mengeluarkan dengan air tersebut buah-buahan sebagai rizki bagi kalian ( Qs :al baqarah 02:22 )




dan ayat senada dan semisal dengan ayat diatas banyak sekali untuk kita sebutkan disini , wal hasil , Allah menciptakan itu semua adalah sebagia penjelasan akan besarnya karunia & kasih sayang Allah kepada makluqnya, untuk itu seharusnya bagi jin & manusia adalah mentauhidkan Allah dalam peribadatan dan tidak menyekutukannya sebagimana firmanya :


فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
maka janganlah kalian menyekutukan Allah itu tandingan-tandingan dan kalian mengetahuinya ( al baqoroh : 22 ).





Akhir dari tulisan ini, semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-ornag yang bertauhid dan menjauhkan kita dari perbuatan syirik




اللهم إنا نعوذ بك من أن نشرك بك شيئا نعلمه، ونستغفرك لما لا نعلمه. رواه الإمام أحمد.
“Ya Allah, kami memohon kepadaMu perlindungan dari perbuatan syirik apapun yang kami ketahui. Dan kami memohon kepada-Mu ampunan atas perbuatan (dosa) yang tidak kami ketaui.” (Riwayat Imam Ahmad, dengan sanad hasan).

* Diterjemahkan secara bebas dari awal-awal halaman kutaib : 'ajaibul qur'an ( keajaiban & keagungan Al Qur'an ) karya al imam ar razii oleh sulaiman abu syeikha al magetiy .



الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات

3/8/08



بسم الله الرحمن الرحيم


AQIDAH ISLAMIYAH DAN KEISTIMEWAANNYA*
Oleh : Fadhilatus Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd


Definisi Aqidah Menurut Bahasa
Kata “aqidah” ( العقيدة ) diambil dari kata al-‘aqdu ( العقد) yakni ikatan dan tarikan yang kuat. Ia juga berarti pemantapan, penetapan, kait-mengait, tempel-menempel, dan penguatan. Perjanjian dan penegasan sumpah juga disebut ‘aqdu. Jual-beli pun disebut ‘aqdu, karena ada keterikatan antara penjual dan pembeli dengan ‘aqdu (transaksi) yang mengikat. Termasuk juga sebutan ‘aqdu untuk kedua ujung baju, karena keduanya saling terikat. Juga termasuk sebutan ‘aqdu untuk ikatan kain sarung, karena diikat dengan mantap.[1]


Definisi Aqidah Menurut Istilah Umum
Istilah “aqidah” di dalam istilah umum dipakai untuk menyebut keputusan pikiran yang mantap, benar maupun salah. Jika keputusan pikiran yang mantap itu benar, maka itulah yang disebut aqidah yang benar, seperti keyakinan umat Islam tentang ke-Esa-an Allah. Dan jika salah, maka itulah yang disebut aqidah yang batil, seperti keyakinan umat Nashrani bahwa Allah adalah salah satu dari tiga oknum tuhan (trinitas).
Istilah “aqidah” juga digunakan untuk menyebut kepercayaan yang mantap dan keputusan tegas yang tidak bisa dihinggapi kebimbangan. Yaitu apa-apa yang dipercayai oleh seseorang, diikat kuat oleh sanubarinya, dan dijadikannya sebagai madzhab atau agama yang dianutnya, tanpa melihat benar atau tidaknya.[2]

Aqidah Islam.
Yaitu, kepercayaan yang mantap kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, para Rasul-Nya, hari Akhir, qadar yang baik dan yang buruk, serta seluruh muatan Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah Ash-Shahihah berupa pokok-pokok agama, perintah-perintah dan berita-beritanya, serta apa saja yang disepakati oleh generasi Salafush Shalih (ijma’), dan kepasrahan total kepada Allah Ta’ala dalam hal keputusan hukum, perintah, takdir, maupun syara’, serta ketundukan kepada Rasulullah r dengan cara mematuhinya, menerima keputusan hukumnya dan mengikutinya।[3]


Topik-Topik Ilmu Aqidah.
Dengan pengertian menurut Ahli Sunnah wal Jama’ah di atas, maka “aqidah” adalah sebutan bagi sebuah disiplin ilmu yang dipelajari dan meliputi aspek-aspek tauhid, iman, Islam, perkara-perkara ghaib, nubuwwat (kenabian), takdir, berita (kisah-kisah), pokok-pokok hukum yang qath’iy (pasti), dan masalah-masalah aqidah yang disepakati oleh generasi Salafush Shalih, wala’ (loyalitas) dan bara’ (berlepas diri), serta hal-hal yang wajib dilakukan terhadap para sahabat dan ummul mukminin (istri-istri Rasulullah sallalaahu 'alaihi wasalam ).
Dan termasuk di dalamnya adalah penolakan terhadap orang-orang kafir, para Ahli bid’ah, orang-orang yang suka mengikuti hawa nafsu, dan seluruh agama, golongan, ataupun madzhab yang merusak, aliran yang sesat, serta sikap terhadap mereka, dan pokok-pokok bahasan aqidah lainnya.[4]


Nama-Nama Ilmu Aqidah
Pertama: Nama-Nama Ilmu Aqidah Menurut Ahli Sunnah wal Jama’ah[5]
Ilmu aqidah menurut Ahli Sunnah wal Jama’ah memiliki beberapa nama dan sebutan yang menunjukkan pengertian yang sama. Antara lain:
Aqidah, I’tiqad, dan Aqo’id. ( العقيدة - الاعتقاد - العقائد )
Maka disebut Aqidah Salaf, Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, dan Aqidah Ahli Hadis.Kitab-kitab yang menyebutkan nama ini adalah :
1) Syarh Ushul I’tiqad Ahli Sunnah wal Jama’ah karya Al-Lalika’iy (wafat:418 H)2) Aqidah As-Salaf Ashab Al-Hadits karya Ash-Shobuni (wafat:449 H)3) Al-I’tiqad karya Al-Baihaqi (wafat:458 H).
Tauhid. Kata tauhid”( التوحيد ) adalah bentuk mashdar dari kata wahhada – yuwahhidu – tauhiidan ( وَحَّدَ - يَُوحِّدُ – تَوْحِيْدًا ) Artinya: menjadikan sesuatu menjadi satu. Jadi “tauhid” menurut bahasa adalah memutuskan bahwa sesuatu itu satu. Menurut istilah, “tauhid” berarti meng-Esa-kan Allah dan menunggalkan-Nya sebagai satu-satunya Dzat pemilik rububiyah, uluhiyah, asma’, dan sifat.Ilmu Aqidah disebut Tauhid karena tauhid adalah pembahasan utamanya, sebagai bentuk generalisasi.
Kitab-kitab aqidah yang menyebut nama ini adalah kitab :
1) At-Tauhid min Shahih Al-Bukhari yang terdapat di dalam Al-Jami’ Ash-Shahih karya Imam Bukhari (wafat: 256 H)

2) I’tiqad At-Tauhid karya Abu Abdillah Muhammad Khafif (wafat: 371 H)3) At-Tauhid wa Ma’rifat Asma’ Allah wa Shifatihi ‘Ala Al-Ittifaq wa At-Tafarrud karya Ibnu Mandah (wafat: 395 H)

4) At-Tauhid karya Imam Muhammad bin Abdul Wahhab (wafat: 1206 H)।5) At-Tauhid karya Ibnu Khuzaimah।[6]


Sunnah
Kata As-Sunnah ( السنة ) di dalam bahasa Arab berarti cara dan jalan hidup.
Sedangkan di dalam pemahaman syara’, istilah As-Sunnah dipakai untuk menyebut beberapa pengertian menurut masing-masing penggunaannya. Ia dipakai untuk menyebut Hadist, mubah, dan sebagainya.
Alasan penyebutan Ilmu Aqidah dengan Sunnah adalah karena para penganutnya mengikuti Sunnah Nabi salaallahu 'alaihi wasalam dan sahabat-sahabatnya. Kemudian sebutan itu menjadi syiar (simbol) bagi Ahli Sunnah. Sehingga dikatakan bahwa Sunnah adalah antonim (lawan kata) bid’ah. Juga dikatakan: Ahli Sunnah dan Syi’ah.
Demikianlah. Banyak ulama menulis kitab-kitab tentang Ilmu Aqidah dengan judul “Kitab As-Sunnah”. Di antaranya:
1) Kitab As-Sunnah karya Imam Ahmad bin Hambal (wafat:241 H)2) As-Sunnah karya Al-Atsram (wafat:273 H)3) As-Sunnah karya Abu Daud (wafat:275 H)4) As-Sunnah karya Abu Ashim (wafat:287 H)5) As-Sunnah karya Abdullah bin Ahmad bin Hambal (wafat:290 H)6) As-Sunnah karya Al-Khallal (wafat:311 H)7) As-Sunnah karya Al-Assal (wafat:349 H)8) Syarh As-Sunnah karya Ibnu Abi Zamnin (wafat:399 H)


Syari'ah
Syari’ah ( الشَرِيْعَةُ ) dan Syir’ah ( الشِرْعَةُ ) adalah agama yang ditetapkan dan diperintahkan oleh Allah, seperti puasa, shalat, haji, dan zakat. Kata syari’ah adalah turunan / pecahan (musytaq) dari kata syir’ah yang berarti pantai (tepi laut). Allah Ta’ala berfirman,


لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا
“Untuk tiap-tiap umat di antara kamu Kami berikan syir’ah dan minhaj.” (QS. Al-Maidah:48)


Di dalam tafsir ayat ini dikatakan: Syir’ah adalah agama, sedangkan minhaj adalah jalan.[7]

Jadi “syari’ah” ( الشَرِيْعَةُ ) adalah sunnah-sunnah petunjuk yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya salallahu 'alaihi wasalam. Dan yang paling besar adalah masalah-masalah aqidah dan keimanan
Kata “syari’ah” –seperti halnya kata “sunnah”- digunakan untuk menyebut sejumlah makna:
a. Digunakan untuk menyebut apa yang diturunkan oleh Allah kepada para Nabi-Nya, baik yang bersifat ilmiah (kognitif) maupun amaliyah (aplikatif).
b. Digunakan untuk menyebut hukum-hukum yang diberikan oleh Allah kepada masing-masing Nabi agar diberlakukan secara khusus bagi masing-masing umatnya yang berbeda dengan dakwah Nabi lain, meliputi minhaj, rincian ibadah, dan muamalah. Oleh sebab itu, dikatakan bahwa semua agama itu asalnya adalah satu, sedangkan syariatnya bermacam-macam.
c. Terkadang juga digunakan untuk menyebut pokok-pokok keyakinan, ketaatan, dan kebajikan yang ditetapkan oleh Allah bagi seluruh Rasul-Nya, yang tidak ada perbedaan antara Nabi yang satu dengan Nabi lainnya. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala,


شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى“

Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa-apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa.” (QS. Asy-Syuura:13)


d. Dan secara khusus digunakan untuk menyebut aqidah-aqidah yang diyakini oleh Ahli Sunnah sebagai bagian dari iman. Sehingga mereka menyebut pokok-pokok keyakinan mereka dengan istilah “syari’ah”.


Iman.

Istilah “iman” (الايمان ) digunakan untuk menyebut Ilmu Aqidah dan meliputi seluruh masalah I’tiqadiyah. Allah Ta’ala berfirman,


وَمَنْ يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ
“Barangsiapa yang kafir terhadap iman, maka terhapuslah (pahala) amalnya.” (QS. Al-Maidah:5) Kata “iman” di sini berarti tauhid.[8]


Kitab-kitab aqidah yang ditulis dengan judul “iman” adalah :1) Al-Iman karya Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam2) Al-Iman karya Ibnu Mandah.


Ushuluddin atau Ushuluddiyanah.
Ushuluddin أصول الدين (pokok-pokok agama) adalah rukun-rukun Islam, rukun-rukun iman, dan masalah-masalah I’tiqadiyah lainnya.
Kitab-kitab aqidah yang ditulis dengan nama ini adalah :1) Al-Ibanah fi Ushulid Diyanah karya Imam Al-Asy’ari (wafat:324 H)2) Ushulid Diin karya Al-Baghdadi (wafat:429 H).
Sebagian ulama mengingatkan bahwa nama ini tidak selayaknya digunakan. Karena pembagian agama menjadi ushul (pokok) dan furu’ (cabang) adalah sesuatu yang “muhdats” dan belum pernah ada pada masa Salaf. Menurut mereka, pembagian ini tidak memiliki batasan-batasan yang definitif dan bisa menimbulkan dampak negatif. Sebab, boleh jadi orang yang tidak mengerti Islam atau orang yang baru masuk Islam memiliki anggapan bahwa di dalam agama ini terdapat cabang-cabang yang bisa ditinggalkan. Atau, dikatakan bahwa di dalam agama ini ada inti dan ada kulit.
Dan sebagian ulama menyatakan, “Yang paling aman adalah dikatakan, aqidah dan syari’ah, masalah-masalah ilmiah (kognitif) dan masalah-masalah amaliyah (aplikatif), atau ilmiyat dan amaliyat.[9]


Kedua: Nama-Nama Ilmu Aqidah Menurut Selain Ahli Sunnah wal Jama’ah[10]:
Ilmu Aqidah juga memiliki sejumlah nama dan sebutan yang digunakan oleh kalangan di luar Ahli Sunnah wal Jama’ah. Antara lain:

Ilmu Kalam.
Sebutan ini dikenal di semua kalangan Ahli kalam, seperti Muktazilah, Asy’ariyah, dan sebagainya. Sebutan ini keliru, karena ilmu kalam bersumber pada akal manusia. Dan ia dibangun di atas filsafat Hindu dan Yunani. Sedangkan sumber tauhid adalah wahyu. Ilmu kalam adalah kebimbangan, kegoncangan, kebodohan dan keraguan. Karena itu ia dikecam oleh ulama Salaf. Sedangkan tauhid adalah ilmu, keyakinan, dan keimanan. Bisakah kedua hal tersebut disejajarkan? Apa lagi diberi nama seperti itu?!


Filsafat.

Istilah ini juga digunakan secara keliru untuk menyebut Ilmu Tauhid dan Aqidah. Penyebutan ini tidak bisa dibenarkan, karena filsafat bersumber pada halusinasi (asumsi yang tidak berdasar), kebatilan, tahayul, dan khurafat.


Tasawwuf.

Sebutan ini dikenal di kalangan sebagian Ahli tasawwuf, para filsuf, dan kaum orientalis. Sebutan ini adalah bid’ah, karena didasarkan pada kerancuan dan khurafat ahli tasawwuf dalam bidang aqidah.


Ilahiyat (Teologi)

Istilah ini dikenal di kalangan Ahli kalam, orientalis, dan filsuf. Sebagaimana juga disebut Ilmu Lahut. Di universitas-universitas Barat terdapat jurusan yang disebut dengan Jurusan Kajian Lahut.


Metafisika

Sebutan ini dikenal di kalangan filsuf, penulis Barat, dan sebagainya. Setiap komunitas manusia meyakini ideologi tertentu yang mereka jalankan dan mereka sebut sebagai agama dan aqidah. Sedangkan aqidah Islam –jika disebutkan secara mutlak- adalah aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah. Karena, Islam versi inilah yang diridhai oleh Allah untuk menjadi agama bagi hamba-hamba-Nya.


Aqidah apa pun yang bertentangan dengan aqidah Salaf tidak bisa dianggap sebagai bagian dari Islam, sekalipun dinisbatkan kepadanya. Ideologi-ideologi semacam itu harus dinisbatkan kepada pemiliknya, dan tidak ada kaitannya dengan Islam. Sebagian peneliti menyebutnya sebagai ideologi Islam karena mengacu kepada letak geografis, histories, atau sekedar klaim afiliasi. Akan tetapi, ketika dilakukan penelitian yang mendalam, maka perlu menghadapkannya kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apa-apa yang sesuai dengan keduanya adalah kebenaran dan menjadi bagian dari agama Islam, sedangkan apa-apa yang bertentangan dengan keduanya harus dikembalikan dan dinisbatkan kepada pemiliknya.


* Dialihbahasakan dari Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah : Mafhumuha Khashaishuha wa Khashaishu Ahliha karya Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd dan ditaqdim oleh al-Allamah Ibnu Bazz rahimahullahu.
____________________________________
Footnote
[1] Lihat Mu’jam Maqayis Al-Lughah, Ibnu Faris, 4/86-90, materi ‘aqada; Lisanul Arab; 3/296-300, dan Al-Qamus Al-Muhith, 383-384

[2] Lihat Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, Syaikh DR. Nashir Al-Aql, hal. 9

[3] Lihat Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, Syaikh DR. Nashir Al-Aql, hal. 9-10

[4] Lihat Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, Syaikh DR. Nashir Al-Aql, hal. 9-10

[5] Lihat Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, Syaikh DR. Nashir Al-Aql, hal. 9-10; Mafhum Ahli Sunnah wal Jama’ah Inda Ahli Sunnah wal Jama’ah, DR. Nashir Al-Aql; Muqaddimaat fi Al-I’tiqad, Syaikh DR. Nashir Al-Qifari, hal. 5-11; artikel milik Syaikh Utsman Jum’ah Dlumairiyah di Majalah Al-Bayan, no. 54, hal. 19, dan no. 55, hal. 18

[6] Yang terakhir ini adalah tambahan dari Syaikh Abdul Aziz bin Baz

[7] Lihat Mu’jam Maqayis Al-Lughah, Ibnu Faris, 3/262-263, materi syara’a, Lisanul Arab, 8/176

[8] Lihat Al-Wujuh wa An-Nadho’ir fi Al-Qur’an Al-Karim, DR. Sulaiman Al-Qar’awi, hal. 187

[9] Lihat: Tabshir Ulil Albab bi Bid’ati Taqsim Ad-Diin ila Qisyr wa Lubab karya Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Ismail Al-Muqaddam

[10] Lihat: Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, hal.11, dan Muqaddimat fi Al-I’tiqad, hal. 4-5

3/2/08

Bolehkah Mempelajari Sihir?, Perbedaan Antara Sihir, Karamah dan Mukjizat


BOLEHKAH MEMPELAJARI SIHIR?
OlehWahid bin Abdissalam Bali

[1]। Al-Hafizh rahimahullah mengungkapkan: Firman Allah Ta’ala.

إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ
“Artinya : Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), karena itu janganlah kamu kufur।” [Al-Baqarah: 102]

Di dalam firman-Nya ini terdapat isyarat yang menunjukkan bahwa mempelajari sihir adalah kufur.” [1]
[2]. Ibnu Qudamah ra mengatakan: “Belajar dan mengajarkan sihir adalah haram. Dalam hal itu kami tidak melihat adanya perbedaan pendapat diantara para ulama. Para sahabat kami [2] mengatakan, ‘Dikafirkan bagi tukang sihir untuk mempelajari dan mengerjakannya, baik dia yakin keharamannya atau kebolehannya”[3]
[3]. Abu ‘Abdillah ar-Razi mengatakan: “Mengetahui sihir itu bukan suatu hal yang buruk dan tidak juga dilarang। Para muhaqqiq telah bersepakat dalam masalah tersebut, karena pengetahuan itu sendiri pada hakikatnya adalah mulia. Dan karena adanya keumuman firman Allah Ta’ala:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Artinya : Katakanlah hai Muahammad, ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?’” [Az-Zumar: 9]

Dan karena sihir, jika tidak diketahui, maka tidak mungkin dibedakan dari mukjizat. Sedangkan pengetahuan tentang pemberi mukjizat (Allah) adalah suatu hal yang wajib, apabila suatu kewajiban bergantung kepada sesuatu, maka sesuatu itu adalah wajib. Sesuatu yang berhukum wajib, bagaimana akan bisa dikatakan haram dan buruk?”[4]
[4]. Al-Hafizh Ibnu Katsir mengatakan: “Apa yang disampaikan ar-Razi masih perlu ditinjau dari beberapa sisi, yaitu:
Pertama: Ucapannya, bahwa mengetahui sihir bukan suatu hal yang buruk, jika yang dimaksudkan tidak buruk itu menurut akal, maka penentangnya dari kaum mu’tazilah telah menyanggah hal tersebut। Jika yang dimaksudkan (dengan) tidak buruk itu menurut syari’at, maka terkandung di dalam ayat yang mulia ini:

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ
“Artinya : Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman…” [Al-Baqarah :102]

Di mana ayat tersebut memuat kecaman bagi upaya mempelajari sihir। Dalam hadits shahih juga disebutkan.

"من أتى عرافا أو كاهنا فقد كفر بما أنزل على محمد"
Barang siapa mendatangi peramal atau dukun, maka dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad।”[5]

Dan dalam beberapa kitab Sunan disebutkan
Artinya : Barangsiapa mengikat suatu ikatan dan barangsiapa yang meniupnya, berarti dia telah melakukan sihir”
Kedua: Demikian juga dengan ucapannya: “…dan tidak juga dilarang. Para muhaqqiq telah bersepakat dalam masalah tersebut.” bagaimana tidak dilarang, padahal telah terdapat ayat dan hadits sebagaimana kami sebutkan di atas. Dan kesepakatan para muhaqqiq menuntut ditetapkannya hal tersebut oleh para ulama atau mayoritas dari mereka. Lalu manakah nash mereka mengenai hal tersebut? Selanjutnya, memasukkan sihir ke dalam keumuman firman Allah Ta’ala.
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Artinya : Katakanlah (hai Muhammad) , ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui’” [Az-Zumar : 9], masih terdapat catatan, karena ayat ini sebenarnya menunjukkan pujian terhadap orang-orang yang berilmu dengan ilmu syari’at.
Mengapa anda tidak mengatakan bahwa sihir itu termasuk darinya, lalu anda menaikkannya menjadi wajib dalam mempelajarinya, dengan alasan bahwa pengetahuan mengenai mukjizat iitu tidak mungkin diperoleh kecuali dengan mengetahui ilmu sihir. Yang demikian itu merupakan alasan, yang lemah, bahkan menyimpang, karena mukjizat terbesar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah al-Qur’an yang agung, yang tidak mungkin diserang oleh kebathilan, baik dari arah depan maupun belakang, itulah kitab yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. Kemudian untuk mengetahui bahwa Dia adalah Pemberi mukjizat, pada dasarnya tidak lain harus bergantung pada pengetahuan terhadap ilmu sihir.
Selanjutnya, perlu diketahui pula bahwa para sahabat dan tabi’in, serta para imam dan orang-orang awam dari kalangan kaum muslimin telah mengetahui mukjizat dan bisa membedakan antara mukjizat dan yang lainnya. Dan mereka tidak mengetahui sihir serta tidak juga mempelajari dan mengajarkannya. Wallaahu a’lam.[6]
Di dalam kitab al-Bahrul Muhiith, Abu Hayan mengatakan: “Adapun hukum belajar sihir, jika diantara sihir itu dimaksudkan untuk mengagungkan selain Allah, seperti bintang-bintang dan syaitan, juga menambahkan apa yang telah diberitahukan oleh Allah, maka menurut kesepakatan ijma’ adalah kufur, tidak boleh mempelajarinya dan tidak juga mengamalkannya. Demikian juga jika mempelajarinya dimaksudkan untuk menumpahkan darah serta memisahkan pasangan suami-istri atau persahabatan. Adapun jika tidak diketahui mengandung beberapa hal di atas, tetapi ada kemungkinannya, maka yang jelas hal tersebut tidak dibolehkan untuk mempelajari dan mengamalkannya. Sedangkan yang termasuk jenis pengelabuan, hipnotis dan sulap, maka tidak perlu mengetahuinya, karena ia merupakan bagian dari kebathilan. Dan jika dimaksudkan hanya untuk permainan dan hiburan orang-orang melalui kecepatan tangannya, maka hal itu dimakruhkan.”[7]
Dapat saya katakan: “Perkataan itu merupakan ungkapan yang sangat baik, dan hal itu pula yang seharusnya menjadi sandaran dalam masalah tersebut।”

Perbedaan Antara Sihir, Karamah dan Mukjizat.
Al-Marazi mengungkapkan: “Perbedaan antara sihir, karamah dan mukjizat adalah bahwa sihir berlangsung melalui proses beberapa bantuan sejumlah bacaan dan perbuatan (upacara ritual) sehingga terwujud apa yang menjadi keinginan si penyihir. Sedangkan karamah tidak membutuhkan hal tersebut, tetapi biasanya karamah ini muncul berkat taufiq dari Allah. Adapun mukjizat, ia mempunyai kelebihan atas karamah, karena diperoleh melalui perjuangan (tantangan).”[8]
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengemukakan: “Imam al-Haramain menukil ijma’ yang menyatakan bahwa sihir itu tidak muncul kecuali dari orang fasik, sedangkan karamah tidak akan muncul pada orang fasik.”Selain itu Ibnu Hajar juga mengungkapkan: “Perlu juga diperhatikan keaadaan orang yang mengalami kejadian luar biasa seperti itu, jika dia berpegang teguh pada syari’at dan menjauhi dosa-dosa besar, maka berbagai kejadian luar biasa yang tampak pada dirinya merupakan karamah, dan jika dia tidak berpegang teguh pada syari’at serta melakukan perbuatan dosa besar, maka hal tersebut merupakan sihir, karena sihir itu muncul dari salah satu jenisnya, misalnya memberi bantuan kepada syaitan.”[9]
Peringatan:Biasa jadi seseorang itu bukan tukang sihir dan tidak mengenal sihir sama sekali dan dia pun tidak berpegang pada syari’at. Bahkan justru senang melakukan perbuatan dosa besar, meski demikian, pada dirinya tampak beberapa kejadian luar biasa, dan tidak jarang hal itu terjadi pada ahli bid’ah atau orang yang suka menyembah kuburan. Maka mengenai hal tersebut, dapat dikatakan bahwa hal itu merupakan bantuan syaitan sehngga jalan bid’ah yang ditempuhnya itu dibuat indah sedemikian rupa sehingga tampak indah oleh orang lain, lalu mereka mengikutinya dan meninggalkan Sunnah. Hal seperti itu sudah banyak terjadi dan sudah sangat populer, khususnya jika orang itu salah seorang pemimpin salah satu thariqat shufi yang diwarnai dengan bid’ah.
[Disalin dari kitab Ash-Shaarimul Battaar Fit Tashaddi Lis Saharatil Asyraar edisi Indonesia Sihir & Guna-Guna Serta Tata Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an Dan Sunnah, Penulis Wahid bin Abdissalam Baali, Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi'i]
__________________________
Foote Note
[1]। Faat-hul Baari (X/225)।[2]। Yakni, para penganut madzhab Hambali।[3]. Al-Mughni (X/106).[4]. Dinukil dari Tafsiir Ibnu Katsir (I/145).[5]. Diriwayatkan oleh perawi yang empat (Abu Dawud, at-Tirmidzi,an-Nasa'i, dan Ibnu majah) dan al Bazzar dengan sanad-sanad yang hasan dengan lafazh: “Lalu dia membenarkannya.” Dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan menggunakan lafazh: “ Lalu dia membenarkannya, maka shalatnya tidak akan di terima selama empat puluh hari.”[6]. Dinukil dari Tafsiir Ibnu Katsir (I/145).[7]. Dinukil dari Rawaa-i’ul Bayaan (I/85).[8]. Faat-hul Baari (X/233).[9]. Faat-hul Baari (X/233).


بسم الله الرحمن الرحيم


Syarat Tinggal Di Negeri kafir
Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin –Rahimahulla


Bepergian ke negeri kafir tidak diperbolehkan kecuali telah memenuhi tiga syarat :
1. Hendaknya seseorang memiliki cukup ilmu yang bisa memelihara dirinya dari Syubhat.
2. Hendaknya memiliki agama yang kuat untuk menjaga agar tidak terjatuh dalam Syahwat.
3. Hendaknya ia benar-benar berkepentingan untuk bepergian.Bagi yang belum bisa menyempurnakan syarat-syarat di atas tidak diperbolehkan pergi ke negeri kafir, karena hal itu akan menjatuhkan dirinya ke dalam fitnah yang besar dan menyia-nyiakan harta saja. Sebab orang yang mengadakan bepergian biasanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.Jika ada suatu keperluan seperti berobat, mempelajari ilmu yang tidak ditemukan di negeri asal, maka hal itu diperbolehkan dengan catatan memenuhi syarat yang saya sebutkan di atas.
Adapun masalah rekreasi ke negeri kafir, bukanlah suatu kebutuhan, karena ia bisa saja pergi ke negeri Islam yang menjaga syari'at Islam. Negeri kita ini (Saudi Arabia), alhamdulillah ada beberapa tempat yang cocok dan bagus untuk dibuat rekreasi ketika masa liburan.
Adapun masalah menetap atau tinggal di negeri kafir sangatlah membahayakan agama, akhlaq dan moral seseorang. Kita telah menyaksikan banyak orang yang tinggal di negeri kafir terpengaruh dan menjadi rusak, mereka kembali dalam keadaan tidak seperti dulu sebelum berangkat ke negeri kafir.
Ada yang kembali menjadi orang fasik atau murtad, bahkan mungkin mengingkari seluruh agama, sehingga banyak dari mereka pulang ke negerinya menjadi penentang dan pengejek agama Islam, melecehkan para pemeluk agama Islam, baik yang terdahulu mupun yang ada sekarang, na'udzu billah.
Oleh karena itu wajib bagi yang mau pergi ke negeri kafir menjaga dan memperhatikan syarat-syarat yang telah saya sebutkan di atas agar tidak terjatuh ke dalam kehancuran.
Bagi yang ingin menetap di negeri tersebut, ada dua syarat utama :
1। Merasa aman dengan agamanya. Maksudnya, hendaknya ia memiliki ilmu, iman dan kemauan kuat yang membuatnya tetap teguh dengan agamanya, takut menyimpang dan waspada dari kesesatan. Ia harus menyimpan rasa permusuhan dan kebencian terhadap orang-orang kafir serta tidak sekali-kali setia dan mencintai mereka, karena setia dan mengikat cinta dengan mereka bertentangan dengan iman. Firman Allah.


لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آَبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
"Artinya : Kamu tidak mendapati kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasulNya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, atau keluarga mereka" [QS। Al-Mujaadilah : 22]


Firman Allah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ , فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ
"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu), sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain। Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin maka sesungguhnya orang itu, termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim, maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasharani) seraya berkata :'Kami takut akan mendapat bencana. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada rasulNya) atau suatu keputusan dari sisiNya, maka karena itu mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka" [QS. Al-Maa’idah : 51-52]


Dalam sebuah hadits shahih Nabi Shallallahu 'alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya barangsiapa yang mencintai suatu kaum, maka ia tergolong dari mereka, seseorang selalu bersama dengan orang yang ia cintai" [HR. Al-Bukhari, Kitabul Adab, bab "Tanda Kecintaan Kepada Allah Ta'ala", dan Muslim, Kitabush Shilah, bab "Seseorang itu Bersama Orang yang Dicintainya]Mencintai musuh Allah adalah bahaya yang paling besar pada diri muslim, karena mencintai mereka berarti mengharuskan seorang muslim untuk setuju mengikuti mereka atau paling tidak mendiamkan kemungkaran yang ada pada mereka. Oleh karena itu Nabi besabda : "Barangsiapa mencintai suatu kaum, maka ia tergolong dari mereka". [HR. Al-Bukhari, Kitabul Adab, bab "Tanda Kecintaan Kepada Allah Ta'ala", dan Muslim, Kitabush Shilah, bab "Seseorang Itu Bersama Orang yang Dicintainya"]

2. Ia mampu menegakkan dan menghidupkan syi'ar agama di tempat tinggalnya tanpa ada penghalang. Ia bebas melakukan shalat fardhu, shalat Jum'at dan shalat berjama'ah jika ada yang diajak shalat berjama'ah dan Jum'at, menunaikan zakat, puasa, haji dan syi'ar Islam lainnya. Jika ia tidak mampu melakukan hal di atas, maka tidak diperbolehkan tinggal di negeri kafir. Karena dalam keadaan seperti ini wajib baginya hijrah dari tempat seperti itu.
Pengarang kitab Al-Mughni (8/457) menyatakan tentang macam-macam manusia yang diwajibkan hijrah. Diantaranya orang yang mampu melakukannya sementara di tempat tinggalnya ia tidak mampu menampakkan agamanya dan tidak bisa menunaikan kewajiban agamanya, maka dalam keadaan seperti ini wajib baginya melakukan hijrah berdasarkan firman Allah:


إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
"Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri (kepada mereka) malaikat bertanya : 'Dalam keadaan bagaimana kamu ini।?' Mereka menjawab :'Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah)'. Para malaikat berkata : "Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?' Orang-orang itu tempatnya di Neraka Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali". [QS. An-Nisaa’ : 97]


Ancaman yang sangat berat dalam ayat ini menunjukkan bahwa hijrah hukumnya wajib, karena melaksanakan kewajiban adalah wajib bagi orang yang mampu melaksanakannya, sedangkan hijrah merupakan salah satu hal yang penting dan pelengkap dari kewajiban agama tersebut. Maka jika suatu kewajiban tidak bisa sempurna kecuali dengan adanya suatu yang lain, maka sesuatu itu wajib pula hukumnya.
Setelah dua syarat pokok tersebut bisa terpenuhi maka tinggal di negeri kafir terbagi menjadi beberapa bagian:
Pertama : Ia tinggal untuk tujuan dakwah menarik orang kedalam Islam। Ini adalah bagian dari Jihad dan hukumnya fardhu kifayah bagi yang mampu untuk itu dengan syarat bisa merealisasikan dakwah tersebut dengan baik dan tidak ada yang mengganggu atau menghalanginya, karena berdakwah kepada Islam adalah wajib. Itulah jalan yang ditempuh oleh para utusan Allah. Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa ‘ala alihi wa sallam menyuruh umatnya menyampaikan ajaran Islam, walaupun satu ayat, di mana dan kapan saja mereka berada. Nabi Shallallahu 'alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda : "Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat" [HR. Al-Bukhari, Kitabul Anbiya', bab "Penyebutan Bani Israel"]


Kedua : Ia tinggal untuk mempelajari keadaan orang-orang kafir dan mengenal sejauh mana kerusakan aqidah, kezhaliman, akhlaq, moral dan kehancuran sistim peribadatan orang-orang kafir. Dengan demikian ia bisa memperingatkan orang-orang untuk tidak terpengaruh dan tergiur dengan mereka dan ia bisa menjelaskan kepada orang-orang yang kagum dengan mereka. Ini juga termasuk bagian dari jihad, karena bertujuan menjelaskan kehancuran agama orang-orang kafir.
Dan ini secara tidak langsung mengajak manusia kembali kepada Islam, karena kerusakan kaum kafir menjadi bukti atas kebenaran agama Islam, seperti disebutkan kata mutiara : "Sesuatu menjadi jelas dengan mengetahui kebalikannya"। Tetapi dengan syarat keinginan terealisir tanpa kemudharatan yang lebih besar daripadanya. Jika tidak terealisir maksud dan tujuan tinggal di negeri kafir seperti tersebut di atas, maka tidak ada faedahnya ia tinggal di negeri kafir. Jika ia bisa merealisasikan maksud dan tujuannya tapi kemudharatan yang ditimbulkan lebih besar, seperti orang-orang kafir membalasnya dengan ejekan, memaki Islam, Nabi Shallallahu 'alaihi wa ‘ala alihi wa sallam dan imam-imam Islam, maka wajib baginya menghentikan kegiatan tersebut berdasarkan firman Allah:


وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Artinya : Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampui batas tanpa pengetahuan। Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka, kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan" [QS. Al-An'aam : 108]


Termasuk dalam bagian ini adalah orang Islam yang tinggal di negeri kafir untuk menjadi intel (mata-mata) guna mengetahui rencana orang kafir terhadap umat Islam, selanjutnya ia menginformasikan rencana tersebut kepada orang-orang Islam agar berhati-hati dan mengerti tentang tipu daya musuh Islam। Hal ini pernah dilakukan Nabi Shallallahu 'alaihi wa ‘ala alihi wa sallam saat beliau mengirimkan Hudzaifah bin Yaman ke tengah-tengah orang musyrikin di saat perang Khandaq untuk mengetahui keadaan mereka. [HR. Muslim, Kitabul Jihad, bab "Perang Ahzab"]


Ketiga : Ia tinggal sebagai duta bangsa atau kepentingan diplomasi dengan negera kafir, seperti menjadi pegawai di kedutaan, maka hukumnya tergantung tujuannya. Seperti atase kebudayaan yang bertujuan memantau dan mengawasi para pelajarnya di negera kafir agar mereka tetap komitmen terhadap agama Islam, baik dari segi akhlaq maupun moral. Dengan demikian tinggalnya di tempat tersebut mendatangkan maslahat yang sangat besar dan mampu mencegah kerusakan besar yang akan terjadi.
Keempat : Ia tinggal untuk kepentingan pribadi seperti berdagang dan berobat, maka di perbolehkan baginya tinggal sebatas keperluan yang ada dan sebagian ulama ada yang membolehkan tinggal di negeri kafir untuk tujuan berniaga berdasarkan sebuah atsar dari sebagian sahabat.
Kelima : Ia tingggal untuk tujuan belajar. Ini seperti bagian sebelumnya yaitu tinggal untuk suatu keperluan, tetapi ini lebih berbahaya dan lebih mudah merusak aqidah dan akhlaq seseorang. Karena biasanya seorang mahasiswa merasa rendah diri dan menganggap tinggi ilmu pengajarnya (dosennya), sehingga dengan mudah ia terpengaruh pemikiran, pendapat, akhlaq dan moral mereka. Selanjutnya ia mengikuti mereka kecuali orang-orang yang dikehendaki dan dilindungi Allah. Dan ini sangat sedikit jumlahnya.
Selanjutnya mahasiswa atau pelajar biasanya selalu membutuhkan pengajarnya yang akhirnya ia terikat dengannya dan membiarkan kesesatan karena kebutuhan pada gurunya. Lalu di tempat belajar, biasanya ia memerlukan teman bergaul. Ia bergaul dengan sangat akrab satu sama lain serta saling mencintai. Karena bahaya itulah hendaknya ia lebih berhati-hati.
Bagi pelajar yang ingin tinggal di negeri kafir, di samping memenuhi dua syarat yang sudah disebutkan di atas, ia harus memenuhi syarat-syarat di bawah ini.
Pertama : Seorang yang hendak belajar memiliki kematangan berfikir, bisa memisahkan antara yang bermanfaat dan yang mudharat serta berwawasan jauh ke depan। Adapun pengiriman para pemuda belia yang masih dangkal pemikirannya, maka hal itu sangat berbahaya bagi aqidah, akhlaq, dan moral mereka, juga berbahaya bagi umat Islam. Di saat mereka pulang ke negerinya, mereka akan menyebarkan racun pemikiran yang mereka ambil dari orang-orang kafir, seperti telah banyak kita saksikan. Para pelajar yang dikirim ke negeri kafir itu berubah sekembali mereka ke negeri masing-masing. Mereka pulang dalam keadaan rusak agama, akhlaq, moral serta pemikirannya, hal yang sangat berbahaya bagi diri mereka sendiri serta masyarakat. Itulah yang kita saksikan secara nyata dan riil. Pengiriman para pelajar seperti mereka ke negeri kafir bagaikan kita menyajikan daging segar kepada anjing yang lagi kelaparan.


Kedua : Seorang yang mau belajar hendaknya memiliki ilmu syari'at yang cukup, agar ia mampu membedakan antara yang benar dengan yang batil, mampu mencerna dan menghindar dari kebatilan agar ia tidak tertipu olehnya sehingga menyangka bahwa hal tersebut benar, atau merasa ragu dan kabur, atau tidak mampu melawan kebatilan tersebut akhirnya menjadi bimbang atau hanyut oleh arus kebatilan।


Dalam sebuh do'a disebutkan :
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ وَلاَ تَجْعَلْهُ مُلْتَبِسًا عَلَيْنَا فَنَضِلّْ
"Ya Allah perlihatkan kepadaku kebenaran sebagai suatu yang benar lalu berikan kepadaku kekuatan untuk mengikutnya, dan perlihatkanlah kepadaku kebatilan sebagai yang batil dan berikan padaku kekuatan untuk menghindarinya dan janganlah Engkau kaburkan sehingga saya tersesat"।


Ketiga: Hendaknya seseorang yang mau belajar memiliki agama yang kuat sehingga bisa membentengi diri dari kekufuran dan kefasikan। Sebab orang yang lemah agamanya tidak mungkin selamat untuk tinggal di negeri kafir tersebut, kecuali yang dikehendaki Allah. Hal itu dikarenakan kuatnya serangan dan pengaruh, sementara yang bersangkutan tidak mampu mengadakan perlawanan. Banyak sekali hal-hal yang menimbulkan kekafiran dan kefasikan. Jika orang tersebut lemah agamanya, tidak memiliki kekuatan untuk melawan pengaruh tersebut, maka dengan mudah kekufuran mempengaruhinya.


Keempat : Ia belajar untuk mengkaji ilmu yang sangat bermanfaat bagi umat Islam yang tidak ditemukan di sekolah-sekolah dalam negeri mereka। Jika ilmu tersebut kurang bermanfaat bagi umat Islam atau bisa di dapat di sekolah-sekolah dalam negeri mereka, maka tidak diperbolehkan tinggal di negeri tersebut untuk tujuan belajar. Karena hal itu sangat berbahaya bagi agama, akhlaq, dan moral mereka. Juga hanya menghambur-hamburkan harta saja dengan tidak ada gunanya.


Kelima : Ia tinggal di negeri kafir untuk selamanya sebagai penduduk asli, ini lebih bahaya dari sebelumnya, karena kerusakan akibat berbaur dengan orang-orang kafir. Sebagai warga negara yang disiplin ia harus mampu hidup bersama-sama dengan anggota masyarakat secara harmonis, saling mencintai dan tolong menolong di antara sesama. Ia juga memperbanyak penduduk negara kafir. Ia terpengaruh dengan adat kebiasaan orang kafir dalam mendidik dan mengarahkan keluarganya yang mungkin akan mengikuti aqidah dan cara ibadahnya. Oleh karena itu Nabi bersabda : "Barangsiapa berkumpul dan tinggal bersama orang musyrik, maka ia akan seperti mereka" [HR. Abu Daud, Kitabul Jihad, bab "Tinggal di Negeri Orang-Orang Musyrik]. Hadit ini walaupun dha'if dalam sanad-nya tapi isinya perlu mendapat perhatian. Karena kenyataan berbicara, orang yang tinggal di suatu tempat dipaksa untuk menyesuaikan diri.
Dari Qais bin Abi Hazim, dari Jarir bin Abdullah sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
" Saya berlepas diri dari seorang muslim yang tinggal bersama-sama dengan orang-orang musyrik" Mereka bertanya : "Kenapa wahai Rasulullah ?" Beliau menjawab : "Tidak boleh saling terlihat api keduanya" [HR. Abu Dawud, Kitabul Jihad, bab "Larangan Membunuh Orang yang Menyelamatkan Diri Dari Bersujud", dan At-Tirmidzi, Kitabus Siar, bab "Makruhnya Tinggal Di Antara Orang-Orang Musyrik"].

Hadits ini di riwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi dan kebanyakan para perawi meriwayatkan hadits ini secara mursal dari jalan Qais bin Abi Hazim dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tirmidzi berkata : "Saya mendengar Muhammad (yang dimaksud Al-Bukhari) berkata bahwa hadits Qais dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa ‘ala alihi wa sallam diriwayatkan secara mursal".
Bagaimana seorang muslim merasa tenang hidup dan bertempat tinggal di negeri kafir yang secara terang-terangan syi'ar kekafiran itu dikumandangkan dan hukum yang diterapkan adalah hukum thagut yang memusuhi hukum Allah dan RasulNya, semua itu ia lihat dan ia dengar dengan perasaan rela. Ia merasa tentram tinggal di negeri tersebut layaknya hidup di negeri kaum muslimin dengan keluarganya, padahal ini sangat berbahaya bagi agama dan akhlak keluarga serta anak-anak mereka.Demikianlah yang bisa saya paparkan tentang hukum tinggal di negeri kafir. Saya mohon kepada Allah agar penjelasan saya ini sesuai dengan kebenaran.
(
Dari Kitab “Syarhu Tsalatsatil Ushul” hlm 131-138, cetakan ke 2, 1417 H / 1996 M, oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, penyusun Fahd bin Nashir bin Ibrahim As-Sulaiman, penerbit Daar Ats-Tsurayya Riyadh Kerajaan Saudi Arabia.
Edisi Indonesia “Penjelasan Kitab 3 Landasan Utama” hlm 222-231, cetakan ke 1 Muharram 1420 H / April 1999 M, oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, penerjemah Zainal Abidin Syamsudin, Ainul Haris Arifin, muraja’ah Muhammad Yusuf Harun MA, Abu Bakar Muhammad Altway, penerbit Yayasan Al-Sofwa Jakarta Indonesia).

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ وَلاَ تَجْعَلْهُ مُلْتَبِسًا عَلَيْنَا فَنَضِلّْ
"Ya Allah perlihatkan kepadaku kebenaran sebagai suatu yang benar lalu berikan kepadaku kekuatan untuk mengikutnya, dan perlihatkanlah kepadaku kebatilan sebagai yang batil dan berikan padaku kekuatan untuk menghindarinya dan janganlah Engkau kaburkan sehingga saya tersesat".

3/1/08

BAGAIMANA BILA AJAL TIBA



BAGAIMANA BILA AJAL TIBA


Peringatan penting wahai Saudaraku seagama…. !!
Wahai orang yang memperhatikan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“ Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. ”( At-Tahrim : 6 )

Inilah peringatan dari orang yang mencintaimu, rindu kepadamu, bacalah dengan pandangan yang adil, jauh dari hawa nafsu, fikirkanlah dimanakah posisimu ?

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman ,untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan pada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) ” (Al Hadid : 16 )

Ingatlah wahai saudaraku, keadaanmu di saat engkau merasakan pedihnya sakaratul maut, yang pada saat menghadapinya Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Aalihi Wasallam sebagai makhluk yang paling dicintai Allah bersabda : “ Tiada Ilaah yang berhak disembah selain Allah , sesungguhnya dalam kematian itu terdapat rasa kesakitan. “ (H.R. Bukhari)
Bayangkan wahai saudaraku, engkau berada di hadapan kematian ini. Malaikat Maut tepat berada di atas kepalamu. Nafasmu tersengal, nyawamu meregang, mulutmu terkunci, anggota badanmu lemas, lehermu berkeringat, matamu terbelalak, pintu taubat telah tertutup untukmu, dahimu berkeringat, di sekitarmu penuh dengan tangisan dan suara rintihan, sedang engkau dalam kesedihan yang mendalam, tiada yang dapat menyelamatkan dan menghindarkanmu darinya.
Engkau saksikan peristiwa mengerikan tersebut setelah sebelumnya kenikmatan dan kesenangan yang kamu rasakan. Telah datang kepadamu ketentuan Allah , lalu nyawamu diangkat ke langit. Kebahagiaan atau kesengsaraankah yang engkau peroleh ?
Cukuplah kematian sebagai nasihat, cukuplah kematian menjadikan hati bersedih, menjadikan mata menangis, perpisahan dengan orang-orang tercinta,penghilang segala kenikmatan, pemutus segala cita-cita.
Wahai orang yang tertipu oleh dunianya,wahai orang yang berpaling dari Allah , wahai orang yang lengah dari ketaatan kepada Rabbnya, wahai orang yang setiap kali dinasihati, hawa nafsunya menolak nasihat ini, wahai orang yang dilalaikan oleh nafsunya dan tertipu oleh angan-angan panjangnya… Pernahkah engkau memikirkan saat-saat kematian sedangkan engkau tetap dalam keadaanmu semula? Tahukah kamu apa yang akan terjadi pada dirimu di saat kematianmu ? Tentu saat ini engkau mengucapkan dalam hatimu, saya akan mengucapkan Laa Ilaaha Illallah . Tidak mungkin wahai saudaraku, jika engkau masih tetap lalai dan berpaling dari kebenaran hingga tiba saat-saat kematianmu, tentu engkau tidak akan mampu mengucapkannya, bahkan kamu akan berharap untuk dihidupkan kembali.
Saudaraku, tahukah engkau kapan hari kematianmu ? di mana kamu akan mati? engkau tentunya tidak akan tahu secara pasti ! Jadi kenapa kamu menunda-nunda taubatmu, dan selalu berkata, “ Aku akan taubat, aku akan taubat.”
Seorang terpercaya bercerita kepadaku,” Ada seorang pemuda yang mendapat kecelakaan. Salah seorang polisi segera datang ke tempat kecelakaan tersebut untuk menolongnya, namun ia mendapati pemuda itu sudah dalam keadaan sekarat. Polisi itu berkata kepada pemuda tersebut ‘ Ucapkanlah Laa Ilaaha Illallah !’ Pemuda itu kemudian mengangkat telunjuknya ke atas dan berkata, ‘ Laa Ilaaha Illallah .’ Lalu ia meninggal dunia. Setelah dimandikan dan dishalatkan, polisi tadi pergi ke rumah keluarga pemuda tersebut untuk memberitahukan bahwa anaknya telah mengucapkan syahadat sebelum meninggal. Ia berkata,’saya membawa berita gembira untuk anda, bahwa anak anda mengucapkan syahadat sebelum meninggal.’ Orang tua pemuda tersebut menjawab,’kami pun memberitahu anda, sesungguhnya anak kami tersebut baru saja bertaubat kepada Allah sekitar dua minggu yang lalu’.”
Saudaraku,… bayangkanlah jika badanmu telah berpisah dengan roh-mu dan engkau sudah dimandikan, dikafani dan dishalatkan. Setelah itu engkau akan dimasukkan ke dalam kubur dengan diangkat di atas pundak, padahal sebelumnya engkau menjadi orang yang mengangkat jenazah atau orang yang berziarah ke kubur. Di saat itu, apa kata jenazahmu, akankah mengucapkan “ Cepat, cepat…..!” ataukah akan mengucapkan,” Hai, ke mana kalian akan membawaku ? “(Hadits riwayat Al-Bukhari, An-Nasaa’i, Al-Baihaqy dan Ahmad, dalam hadits : “ Di saat jenazah diletakkan di liang kuburnya dari pundak-pundak orang yang mengangkatnya, jika jenazah itu dulunya orang yang shalih, ia akan berkata,’ cepat,cepat…!’ Dan apabila jenazah itu dulunya bukan orang yang shalih,ia akan berkata,’Hai, ke mana kalian akan membawaku ?’ Suara ini terdengar oleh setiap makhluk selain manusia, dan jika manusia mendengarnya,niscaya ia akan pingsan.”) Kemudian engkau dimasukkan ke dalam kuburanmu oleh orang-orang yang engkau kenal. Mereka meletakkanmu ke dalam lubang bumi dan menutupi liang lahatmu dengan papan kemudian mereka menimbun kuburanmu dengan tanah. Lalu mereka mendo’akanmu. Kemudian mereka meninggalkanmu sendirian dalam kegelapan. Di atasmu hanya ada tanah, di bawahmu tanah, di kananmu tanah,di kirimu tanah. Kemudian ruh-mu dikembalikan ke jasadmu, dan datanglah kepadamu dua malaikat yang biru kehitam-hitaman.Lalu keduanya bertanya kepadamu, ”Siapa Rabbmu ? Apa agamamu ? Siapa nabi yang diutus kepadamu ? Maka dengan apa kamu akan menjawab ? Jika di saat mati engkau telah bertaubat, jujur dan beriman, maka Allah akan menetapkan imanmu pada saat itu. Allah berfirman :
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Allah meneguhkan ( iman ) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” ( Ibrahim : 27 )
Dengan demikian engkau mampu mengucapkan,” Allah Rabbku, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam Nabiku, Islam agamaku.” Lalu terdengarlah suara dari langit ,”Hambaku berkata benar,berikan dia selimut dari Surga, bukakan pintu Surga baginya !” Maka engkau pun bisa mencium bau Surga, merasakan kenikmatannya, dilapangkan kuburmu sejauh mata memandang.Lalu datanglah kepadamu seseorang yang tampan,berpakaian indah dan beraroma wangi lalu berkata kepadamu,” Aku membawa kabar baik yang menyenangkanmu. Inilah hari yang telah dijanjikan sebelumnya kepadamu.” Lalu engkau bertanya kepadanya,” Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?” ia menjawab,”Saya adalah amal shalihmu.” Selanjutnya dibukakan bagimu pintu Surga dan ditunjukkan kepadamu pintu Neraka, dan amalmu berkata,” Inilah tempatmu bila engkau berbuat maksiat terhadap Allah , Allah menggantikannya bagimu dengan Surga karenaku.” Di saat engkau melihat surga engkau berkata,” Ya Rabbku, segerakan hari Kiamat. Rabbku, segerakan hari kiamat. Oh kebahagiaan, oh kesenangan, oh kemenangan…!”
Namun apabila seorang hamba meninggal –semoga Allah melindungi kita- ia menyia-nyiakan agamanya, meninggalkan shalatnya, mengejek orang-orang shalih, mengerjakan kemungkaran dan ia meninggal dalam keadaan demikian. Tahukah kamu, dengan apa ia akan menjawab pertanyaan kedua malaikat tadi, siapa Rabbmu, apa agamamu, siapa Nabi yang diutus kepadamu ? Ketahuilah, ia akan menjawab dengan, “ Hah… hah…,aku tidak tahu !” Lalu terdengarlah seruan “ Bohong ! Baringkan ia di Neraka, bukakan baginya pintu Neraka !” Maka ia pun merasakan panas dan racun Neraka,kuburannya menghimpit dia hingga meremukkan tulang-tulangnya. Kemudian datanglah kepadanya seseorang yang berwajah buruk, berbaju lusuh dan berbau busuk, ia berkata,” Saya datang membawa berita buruk untukmu. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu.” Ia menjawab, “ Siapakah kamu ? Wajahmu membawa berita buruk. ” Orang itu menjawab,” Saya adalah amal burukmu.” Kemudian orang tersebut dijadikan buta, bisu dan tuli, di tangannya ada sebatang besi, apabila sebuah gunung dipukul dengan besi itu niscaya akan menjadi debu. Orang yang banyak dosa itu lalu dipukul sekali dengan palu godam lalu menjadi debu, kemudian Allah mengembalikan lagi seperti semula, selanjutnya ia dipukul lagi hingga ia menjerit dengan lengkingan yang bisa didengar oleh seluruh makhluk, selain jin dan manusia. Kemudian dibukakan pintu Neraka dan disiapkan baginya tempat di Neraka. Lalu ia berkata,” Ya Rabbku, janganlah Engkau datangkan hari Kiamat, janganlah Engkau datangkan hari Kiamat !” ( Hadits riwayat Abu Daud, An-Nasaa’i,Imam Ahmad dan Hakim, ia berkata bahwa hadits ini shahih menurut kriteria Al-Bukhari dan Muslim, dari hadits panjang Al-Barra bin ‘Azib radhiallahu ‘anhu)
Wahai calon penghuni kubur, apa yang menjadikanmu terpedaya oleh dunia ? Tidakkah engkau mengetahui bahwa kamu akan meninggalkan duniamu dan duniamu akan meninggalkanmu ? Mana rumahmu yang megah ? Mana pakaianmu yang indah ? Mana aroma wewangianmu ? Mana para pembantu dan keluargamu ? Mana wajahmu yang tampan ? Mana kulitmu yang halus ? Bagaimana keadaanmu setelah tiga hari dikubur ? Saat itu tubuhmu telah ditumbuhi ulat dan cacing ; mengoyak kafanmu ; mengahapuskan warnamu ; memakan dagingmu ; masuk ke dalam tulangmu ; mencerai-beraikan anggota tubuhmu ; merobek sendi – sendimu ; melelehkan biji matamu di pipimu ….(Sebagian ungkapan ini nasehat Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang zuhud )
Coba perhatikan, apa yang telah engkau persiapkan untuk menjadikan kuburanmu sebagai taman Surga? Kemudian renungkanlah, wahai saudaraku, keadaan para makhluk yang takut dengan kedahsyatan hari Kiamat, mereka berdiri menanti datangnya penentuan dan menunggu munculnya yang memberi syafa’at kepadanya. Pada saat itu orang-orang yang berdosa diselimuti oleh kegelapan yang pekat, dan dijilat oleh api-api yang membara,diperdengarkan kepada mereka suara yang mengerikan yang muncul dari neraka.
Hiduplah sesuka hatimu. Tumpahkan dan hamburkan kesenangan demi kesenangan untuk memuaskan nafsumu. Katakan semaumu tentang Islam, orang–orang shalih, keta’atan dan kebaikan. Bergembiralah dan tertawalah sepuas-puasmu kepada dunia. Kelak pada akhirnya, engkau juga akan meregang di tengah sakaratul maut, dan entah kapan, itu pasti menimpamu, lalu engkau mati. Saat itu, malaikat maut tepat berada di atas kepalamu ; hatimu bergetar ; nyawamu meregang ; mulutmu terkunci ; anggota badanmu lemas ; lehermu berkeringat ; matamu terbelalak , pintu taubat telah tertutup, orang –orang di sekitarmu menangis, sedang kamu sendiri mengerang menerima sakit, lalu nyawamu diangkat ke langit. Pada waktu itu barulah engkau tahu pasti dan yakin bahwa selama ini kamu terpedaya. Tak berguna lagi air mata darah, yang ada siksa, derita dan merana selamanya.
Saudara,…….. Sebelum semua itu terjadi, sebelum semuanya terlambat, selamatkanlah dirimu ! Yakinilah bahwa dunia ini bukan akhir dari segalanya. Masih ada akhirat, yang justru di sanalah kehidupan yang sesungguhnya. Tempat pembalasan amal perbuatan manusia di dunia dengan seadil-adilnya. Selamatkanlah dirimu ! Bertaubatlah ! Dan ta’atilah petunjuk Rabbmu !
Disarikan dari buku” Bagaimana Bila Ajal Tiba” tulisan Abdul Muhsin bin Abdur Rahman
TAMBAHAN :
yaa Allah tiada seorangpun tahu kapan malaikat maut menjemputnya, semua takdir telah engkau tentukan di lauhil mahfud , kami tidak bisa mengelak & lari darinya ...........

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
62:8। Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan"

।walaupun kami bersembunyi darinya jika sudah waktunya engkau juga tetap akan mengambil nyawa kami .......

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
4:78. Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh,karena sesungguhnya kematian itu pasti terjadi

نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ
56:60। Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-kali, tidak dapat dikalahkan,

untuk itu janganlah Engkau ambil nyawa kami sedang kami dalam keadaan lalai dan bermaksiyat kepada-MU sehingga kami menyesali apa yang telah kami perbuat selama hidup

। فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

63:10. lalu ia berkata: Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"

ana nukilkan sebuah syair mengingatkan kita dari kematian :
تــزول عــن الدنيــــا فانــك لا تـــــدري اذا جـنّ عليــك اللــيل هل تعيــش الى الفجــر فكـم من صحيــح مات من غيـــر علــــة فكـــم مـن شقيـــم عــاش حيــنــا مــن الدهـــروكـم من فتى أمسـى و أصبــح ضــاحــكا و أكفـانـه في الغــيب تنســـج و هـو لا يــدري فــمـــــن عــــاش ألــــــفـا او الــفيـــــــن فــلابــد مــــن يــو يســيـــــر الـــى الــقبـــــر
Kamu tergelincir di dunia sedang kamu tidak menyadarinya Jika gelap malam telah menyelimuti apakah kamu mengira bisa hidup sampai pagi Berapa banyak orang yang sehat meninggal tanpa sebab Berapa banyak orang yang sakit parah bisa hidup bertahun tahun lamanyaBerapa banyak para pemuda sore dn pagi harinya tertawa gembira Sedang kain kafannya di tempat lain sedang di rajut dan dia tidak menyadarinyaMaka barang siapa hidup seribu atau dua ribu tahun lamanyaSungguh suatu hari nanti akan diantar keliang kuburnya



حذار من ظلم الخدم و أهانتهم


حذار من ظلم الخدم و أهانتهم
HATI-HATI DARI MENDHOLIMI
PEKERJA / PEMBANTU & MENGHINAKAN MEREKA *



Pada zaman dulu manusia jarang dan sedikit sekali yang mengenal & membutuhkan pembantu rumah tangga, karena jaman semakin berkembang & Alloh membukakan pintu rizki yang melimpah ruah serta semakin sibuknya manusia dengan urusan di rumah ataupun diluar rumah, maka mulailah sebagian manusia & rumah tangga mengambil pembantu dan sopir untuk meringankan dan membantu pekerjaan mereka serta rumah tangga mereka, hingga sampai saat ini begitu banyak rumah tangga yang memiliki pekerja / pembantu. Namun dibalik itu semua begitu banyak majikan / kafil kurang mengerti akan hak-hak yang harus mereka penuhi sebagai majikan (kafil) pada pembantunya atau pembantu kepada majikannya ( kafil ) sehingga ada yang mempergauli & memperlakukan pembantu mereka berlebihan , ada yang menhinakan & merendahkan bahkan ada yang menyiksa para pekerja / pembantu mereka ( ifrodh wa tafrid ).
Untuk itu dibawah ini akan kami jelaskan apa saja hak & kewajiban kafil kepada pembantu dan sebaliknya apa saja kewajiban & hak yang harus di tunaikan pekerja / pembantu kepada kafil / majikannya.

KEWAJIBAN SEORANG PEKERJA / PEMBANTU .
Sesungguhnya kewajiban seorang pekerja dan pembantu ataupun seorang majikan / kafil semuanya sudah terkumpul dalam hadist yang rosulullah – صلى الله عليه وسلم – jelaskan :

" كلكم راع, وكلكم مسئول عن رعيته " إلى أن يقول " الخادم في مال سيده راع وهو مسئول عن رعيته "
( رواه البخاري و مسلم )

" Sesungguhnya kalian semuannya adalah pemimpin, dan semuanya bertangguh jawab atas apa yang dipimpin " sampai pada ucapannya " dan seorang pembantu (pekerja) adalah pemimpin & penanggung jawab atas harta tuannya (kafilnya), dan akan dipertanyakan tangung jawabnya nanti / hari kiamat. ( HR Bukhari dan Muslim )

Maka seorang pekerja menanggung amanah atas pekerjaan dan tugas sesuai yang di bebankan kepadanya begitu pula seorang pembantu rumah tangga bertanggung jawab atas pekerjaannya dan menanggung amanah atas rumah majikan serta isinya, dan perlu diingat bahwasannya akan ditanyakan & dimintai tanggung jawabnya nanti di hari kiamat dihadapan mahkamah tertinggi mahkamah Allah.
Dibawah ini kami sebutkan secara ringkas mengenei kewajiban & amanah yan ada di pundak seorang pekerja / pembantu :

01। Menepati dan mentaati semua perjanjian antara dia dengan majikannya serta mentaati semua peraturan yang berlaku di negara & masyarakat tempat dia bekerja, sesuai firman allah ta'ala :


" يا أيها الذين أمنوا أوفوا بالعقود " ( المائدة : 01 )

" Wahai orang-orang yang berima penuhilah / tunaikanlah janjimu" ( al maidah: 01)


02। Bersungguh-sungguh dan berhati-hari serta ikhlas dalam menjalankan pekerjaanya dan menekuninya, Allah تعالى berfirman :

إنا لا نضيع أجر من أحسن عملا " ( الكهف : 30 ) "

" Sesungguhnya kami tidak akan menyia-yiakan balasan orang yang bersungguh-sungguh dalam beramal / bekerja " ( al kahfi : 30 )

Dari 'aisyah رضي الله عنها- -berkata : " telah bersabda rosulalloh – صلى الله عليه وسلم - : " sesungguhnya Allah cinta jika kalian beramal / bekerja, dengan amalan yang sungguh-sungguh & ikhlas ( HR baihaqi dalam su'abul iman dengan sanad hasan )
.
03। Selalu menjaga amanah dalam menjalankan tugas & pekerjaanya serta menjaga semua harta benda yang jadi tanggung jawabnya, Allah تعالى berfirman :


إن الله يأمركم أن تؤذوا الأمانات إلى أهلها " ( النساء : 58 )
" Sesungguhnya Allah menyuruh kalian untuk menunaikan amanah pada pemiliknya " ( an nisa' : 58 )।

rasulallah bersabda : " tunaikanlah amanah pada pemiliknya " ( HR abu dawud & tirmidhi ).
Jika sengaja meninggalkan & melalaikan amanah yang di tanggung di pundaknya maka dia termasuk orang yang menipu & berkhianat, padahal rasulallah bersabda :

"من غشّنا فليس منا " ( رواه الترمذي و ابن ماجة )
" Barang siapa yang menipu kami ( orang islam ) bukan termasuk golongan kami " ( HR tirmidhi & ibnu majah )

Dan termasuk amanah adalah menjaga harta benda majikannya / kafil dan menjaga & menutupi segala rahasia rumah tangga & keluarga majikan / kafil sebagaimana sabda rosulallah صلى الله عليه و سلم - - :


من ستر مسلما ستره الله يوم القيامة " ( متفق عليه ) "

"Barang siapa menutupi & menjaga rahasia ( aib ) seorang muslim maka Allah akan menjaganya di hari kiamat nanti" ( HR bukhari-muslim )


04। Selalu merasa di awasi dan diperhatikan oleh Allah تعالى dalam menjalankan tugas dan pekerjaan yang di bebankan kepadanya, dan selalu ingat bahwasanya akan dimintai pertanggung jawabanya nanti di hadapan Allah تعالى , sebagaimana firman Allah :

" ولتسألن عما كنتم تعملون " ( النحل : 93 )

" Sungguh akan ditanyakan kelak tentang apa-apa yang telah kalian perbuat / lakukan di dunia ini " ( an nahl : 93 )


Sebagaimana juga sabda rasul صلى الله عليه وسلم : " sesunggunhnya kalian semua adalah peminpin dan akan dimintai tanggung jawab atas apa yang dia pimpin" ( HR bukhari-muslim )

HAK-HAK SEORANG PEKERJA ( PEMBANTU ) & KEWAJIBAN SEORANG MAJIKAN YANG HARUS DI TUNAIKAN .

Adapun hak-hak yang didapat seorang pekerja ( pembantu ) dari majikan / kafilnya atau kewajiban seorang majikan yang harus diberikan kepada pekerja / pembantunya secara ringkasnya adalah sebagai berikut :
01। Membayar gaji pekerja ( pembantu ) tepat pada waktunya tanpa mengurangi sedikitpun dari gaji tersebut, sebagaimana sabda rasulallah – صلى الله عليه وسلم - :

أعطوا الأجير أجره قبل أن يجف عَرَقه " ( رواه ابن ماجة عن ابن عمر ) "

" Berikan upah ( gaji ) pekerja / pembantu itu sebelum kering keringatnya " ( HR ibnu majah dari ibnu umar ).

Allah & rasulnya memperingatkan dengan keras orang yang menahan upah / gaji pekerjanya dan tidak membayarnya tepat pada waktunya sebagaimana sabd rasulallah –صلى الله عليه وسلم -:

"ثلاثة أنا خصمهم يوم القيامة – إلى قوله – رجل استأجر أجير فاستوفى منه ولم يعطه أجره " ( رواه البخاري)

" Tiga orang yang aku akan menentangnya ( menahanya ) di hari kiamat nanti –salah satunya – seseorang yang memperkerjakan pekerja dan tidak memberikan upah / gajinya hingga pekerja itu telah meninggal dunia " ( HR bukhari dari abu hurairah )


02। Lemah lembut dan baik hati dalam memperlakukan & mempergauli pekerja / pembantu dalam kehidupanya sehari-hari dan tidak berbuat kasar dan menyiksa serta menghinakan mereka, dan tidak memberikan tugas & pekerjaan yang melebihi kemampuan pekerja / pembantu tersebut sesuai dengan perjanjian dan peraturan yang berlaku di Negara dan masyarakat tersebut, dan tidak menahanya jika telah selesai kontrak kerja yang telah disepakati oleh kedua belah pihak jika pekerja / pembantu tersebut ingin pulang ke Negara asalnya, kecuali atas perstujuan pekerja / pembantu tersebut .

Telah bersabda rasulallah – صلى الله عليه وسلم - :


إن الله تعالى رفيق يحب الرفيق , و يعطي عليه ما يعطي على العنف " ( رواه أبو داود و ابن ماجة )
"
" Sesungguhnya Allah itu maha lemah lembut dan mencintai orang yang lemah lembut, dan akan memberikan kepadanya apa yang tidak di berikan kepada orang yang kasar / keras " ( HR abu dawud & ibnu majah )


Dan rasulallah menjalaskan untuk berbuat baik dalam mepergauli mereka :


" إخوانكم خولكم جعلهم الله تحت أيديكم " ( رواه الشيخان )

" Sesungguhnya pekerja / pembantu itu adalah saudara kalian hanya saja Allah menjadikan orang itu dibawah kekuasanmu / tanggung jawabmu " ( HR bukhari-muslim )


Dari abu dzar –رضي الله عنه - beliau berkata : " ikutilah perbuatan rasulallah-صلى الله عليه وسلم - dalam merpergauli pekerja / pembantunya"'.
Berkata anas – رضي الله عنه - :

خدمت النبي صلى الله عليه وسلم عشر سنين فما قال لشيء فعلته لِمَ فعلته و لا قال لشيء تركته لِمَ تركته " "
( رواه البخاري و مسلم )


"Aku telah membantu rasulallah selama sepuluh tahun dan tidak pernah berkata " kenapa kamu kerjakan itu " tentang suatu pekerjaan yang aku lakukan Dan tidak pernah bertanya sesuatu pekerjaan yang aku tinggalkan " kenapa kamu tingalkan itu " ( HR bukhari-muslim ).

03. Memberikan makanan yang cukup , tempat tinggal yang layak & waktu istirahat yang memadai sesuai perjajian yang telah disepakati antara kedua belah pihak, & umumya yang berlaku dimasyarakat tersebut, karena seorang pembantu rumah tangga untuk masalah makan dan tempat tinggal biasanya bersama majikan / kafilnnya dan merekalah yang mengatur , Allah telah berfirman :


ولكل درجات مما عملوا " ( الاحقاف : 19 ) "
"Setiap kalian mendapatkan kedudukan sesuai yang kalian kerjakan " ( al ahkaf : 19 )


Dan telah bersabda rasulallah – صلى الله عليه وسلم - dalam hadist riwayat bukhari-muslim :


"من كان أخوه تحت يده , فليطعمه من طعامه , وليلبسه من لباسه , ولا يكلفه ما يغلبه فان كلفه ما يغلبه , فليعنه "

"Barang siapa yang saudaranya ada dibawah tangannya ( menjadi pekerja / pembantunya ) maka hendaklah memberi makan sesuai dengan apa yang di makan, dan memberikan pakaian sesuai apa yang dia sendiri pakai,dan janganlah membebani sesuatu urusan yang pekerja / pembantu itu tidak mampu, jika melihatnya tidak mampu maka hendaklah membantu / menolongnya" ( HR bukhari muslim )।


Dan dari abu dzar –رضي الله عنه - telah bersabda rasulallah :

" للمملوك طعامه و كسوته بالمعروف , ولا يكلف من العمل إلا ما يطيق " ( رواه مسلم و أحمد )
"Bagi yang memiliki pembantu hendaknya memberikan makan & pakaian dengan baik / yang baik, dan janganlah membebani suatu pekerjaan yang mereka tidak mampu " ( HR muslim & ahmad )।


04. Dan termasuk berbuat baik kepada pekerja / pembantu adalah menjaga kesehatan mereka, dalam artian jika mereka sakit segera memberikan obat atau memeriksakannya kedokter sebagaimana kalian resah dan bersegera membawa kedokter / rumah sakit jika salah satu anak atau anggota keluarga kalian sakit.
05। Adapun jika pembantu itu perempuan atau murobiyat ( perempuan pendidik anak ) maka mempergauli mereka dalam kehidupan sehari-harinya harus sesuai syariat islam, diantaranya tidak bercampur baur ( berduaan ) atau ikhtilat antara laki-laki dengan pembantu perempuannya karena mereka bukan mahram kalian dan hendaknya menjaga diri dari fitnah, dan meyuruh pembantunya untuk selalu berpakain yang islami & menutupi aurat mereka, dan mendidik mereka dengan adab yang islami sebagaimana sabda rasulallah – صلى الله عليه وسلم - :

" لا يخلون رجل بامرأة لا تحل له, فان ثالثهما الشيطان , إلا محرم " ( رواه احمد في مسنده )

" Tidak halal seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan yang tidak halal baginya ( bukan muhrim ) karena yang ketiganya adalah syaithan, kecuali muhrimnya " ( HR ahmad dalam musnadnya )।


TIGA JENIS PEKERJA / PEMBANTU .
Sesungguhnya pekerja / pembantu di rumah perorangan itu ada dari tiga macam all:
- 01।pekerja /pembantu muslim, golongan inilah yang harus kita utamakan dalam memilih pekerja / pembantu, dan bagi mereka hak yang cukup besar sebesar hak kita sendiri karena pada dasarnya mereka adalah saudara kita seiman & seaqidah dalam satu sisi mereka itu adalah tamu kita dan dalam sisi lain mereka adalah pekerja / pembantu,adapun disisi Allah hanya tingkat keimananlah yang membedakan derajatnya sebagaimana firmannya :


إن أكرمكم عند الله اتقاكم إن الله عليم خبير ( الحجرات : 13 )

" Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling takwa ( takut ) kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui & maha pemberitahu" ( al hujurat : 13 )


Untuk itu kita harus mencintai & mempergauli serta memperlakukan mereka sesuai tuntunan Allah dan rasulnya karena mereka adalah saudara kita, kita muliakan mereka kita tanamkan dalam hati mereka untuk lebih berpegang teguh dengan agama islam, selayaknya & seharusnya bagi kita mencontoh rasulallah dalam memperlakukan & menpergauli pekerja / pembantu dalam kehidupan sehari harinya, sebagaimana persaksian anas yang kami sebutkan diatas, bahwasanya beliau ( anas ) membantu rasulallah selama 10 tahun tidak pernah mendengar ucapan rasulallah kecuali perkataan yang baik, & tidak pernah pula beliau mengatakan kenapa kamu kerjakan itu ataupun kenapa kamu tinggalkan pekerjaan itu, itulah rasullallah uswah & teladan kita sebagai orang islam pengikutnya yang seharusnya kita mengikuti & menteladaninya dalam kehidupan sehari-harinya.

- 02. golongan yang kedua adalah pekerja / pembantu dari ahlul kitab / nasrani, jika kita terpaksa & tidak ada jalan lain kecuali mengambil mereka,maka begitu juga kita harus mempergauli mereka dengan ahlaq yang islami, kita jelaskan indahnya islam kita terangkan siapa itu nabi isa dan siapa itu nabi Muhammad, kita berikan buku-buku keislaman yang sesuai dengan bahasa mereka munkin saja mereka mau masuk ke dalam pangkuan islam, sehingga jika mereka masuk kedalam islam kita jualah yang mendapatkan kebaikan & pahala dari ibadah mereka, dari sholatnya, puasanya, kesholehanya sesuai kehendak Allah tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka.
Kami nasehatkan dengan mengharap wajah Allah, tidak selayaknya ada pekerja / pembantu nasrani tinggal di rumah-rumah orang islam tanpa ada kebutuhan yang mendesak dan tanpa ada udhur syar'i, dan tidak sepantasnya kita mengutamakan & mendahulukan mereka.

- 03. Adapun kelompok yang terakhir adalah, pekerja / pembantu penyembah berhala, pekerja-pekerja kafir, maka tidak ada udhur apapun bagi seorang muslim untuk memeperkerjakan & mengambil mereka apalagi tinggal serumah dengan kita, baik laki-laki ataupun perempuannya, dan mereka lebih berbahaya dibandingkan golongan yang kedua ( ahlul kitab ) karena pada hakekatnya mereka itu tidak beragama & mereka itu tidak mengenal apa itu agama, dan mereka tidak memiliki akhlaq, kalaupun terpaksa hendaknya kita mendakwahi mereka kita jelaskan & kita terangkan apa itu islam siapakah tuhan yang berhaq untuk kita sembah, mungkin saja mereka mau masuk islam jika masuk islam itulah nikmat yang indah.
Jika kita lihat secara sepintas begitu banyak pekerja / pembantu yang diperlakukan tidak manusiawi, mereka di hinakan bahkan yang lebih parah & kejam lagi ada sebagian mereka di siksa & di pukul oleh majikan ataupun anggota keluarga majikan hanya karena sedikit melakukan kesalahan, banyak sekali para majikan yang menghinakan mereka baik laki-lakinya ataupun perempauannya, bahkan ada sebagian majikan yang menhinakan & menyiksa mereka di depan istri & anggota keluarganya baik anak-anaknya ataupun saudara-saudara majikan tersebut, sehingga anak-anak majikan tersebut berani memperlakukan pekerja / pembantu mereka tidak manusiawi baik anak laki-lakinya ataupun perempuannya, baik yang sudah dewasa ataupun yang masih duduk dibangku TK / ibtidaiyyah.
Inilah sebab timbulnya kebencian para pekerja / pembantu kepada kita sehingga timbullah dendam di hati mereka sampai akhirnya timbullah pembunuhan & daran ditumpahkan seperti contoh yang sudah ma'ruf dikalangan manusia, ada seseorang yang menghinakan, merendahkan serta menyepelekan pekerja & tidak memberikan gaji tepat pada waktunya , setiap bulan atau setiap selesai dari pekerjaannya, pekerja ini minta gaji tapi majikan ini selalu menunda-nundanya dan bilang besok atau nanti, hingga beberapa bulan gaji belum juga di kasih, hingga suatu hari majikan ini dibunuhnya dan dipotong-potong dengan pisau dapur menjadi berbagai bagian, dan kaburlah pekerja ini sampai suatu saat Allah memudahkan bagi polisi untuk menangkap pekerja ini, dan mendapatkan hukuman yang setimpal. Dan masih banyak lagi kasus-kasus yang lain, kejadian diatas tidak akan terjadi jika kita memperlakukan pekerja / pembantu kita dengan akhlaq yang islami sesuai apa yang rosulallah terangkan & beliau teladankan kepada kita sebagai umat islam pengikutnya.

PERINGATAN DARI BERBUAT DHOLIM KEPADA PEKERJA /PEMBANTU .
Syeikh muhammad bin ahmad afifii " seorang dai departemen agama cabang Riyadh" telah memeperingatkan kita dari mendholimi pekerja / pembantu dan tidak menunaikan & memakan hak-hak mereka, beliau berkata ( terjemahan secara ringkasnya ) :
" Apakah kalian tidak mengetahui wahai para majikan bahwasanya rasulallah telah bersabda:


" الظلم ظلمات يوم القيامة " ( رواه البخاري من حديث ابن عمر )

" Kedholiman itu adalah kegelapan di hari kiamat nanti " ( HR bukhori dari hadist ibnu umar )


Apakah kalian tidak mengetahui wahai orang islam bahwasanya rasulallah telah berwasiat kepada mu'ad bin jabal – رضي الله عنه - ketika mengutusnya ke yaman :

" و اتق دعوة المظلوم و إن كان كافرا فانه ليس بينها و بين الله حجاب "

" Dan takutlah kamu dengan doanya orang yang didholimi walaupun dia itu orang kafir, karena sesungguhnya antara doanya dengan Allah tidak ada penghalang "


Telah bersabda rasulallah – صلى الله عليه وسلم - :

" اتقوا دعوة المظلوم فإنها تحمل على الغمام يقول الله : و عزتي وجلالي لأنصرنك ولو بعد حين "(صحيح الجامع)

" Takutlah kalian dengan do'anya orang yang di dholimi sesungguhnya do'anya itudibawa diatas langit ( mendung ), dan Allah berfirman : " demi kemulian & ketinggianku sungguh aku akan menolongmu walaupun telah berlalu beberapa saat " ( shohihul jami' : 117 )


" Tidakkah kalian takut jika kalian mendholimi mereka kemudian mereka mengangkat kedua tangangnya kehadapan dzat yang maha mampu & maha kuasa dan mengadukan kedholimamu dan memohon kepadaNya untuk menimpakan kepadamu siksaNya ? "
"Begitukah cara kalian wahai para majikan bersyukur kepada Allah yang mana Allah telah melimpahkan rizki & harta yang begu banyak kepada kalian sehingga kalian mampu mengambil & memiliki pekerja / pembantu untuk membantu meringankan bebanmu ?
" Tidakkah kalian mengetahui walaupun dewan HAM (hak asasi manusia) Internasional tidak mengetahui perbuatan & kedholimanmu akan tetapi Allah Dzat yang tidak tersembunyi dariNya sesuatupun dan sekecil apapun yang terjadi baik di daratan ataupun di lautan bahkan di langitpun, dan Allah telah berjanji untuk menolong orang yang kalian dholimi dimanapun dan kapanpun itu terjadi.
Sesungguhnya sebagian majikan / kufala' mempergauli para pekerja / pembantunya dalam kehidupan sehari-harinya dengan memicingkan mata / merendahkan & menghinakan serendah rendahnya martabat, sehingga melanggar hak-hak asasi mereka yang islam sendiri menjunjung tinggi hak asasi manusia, mereka bahkan ada sebagian yang menganggap pekerja / pembantu tersebut adalah budak –budak mereka, sehingga ada sebagian pembantu rumah tangga disuruh melayani nafsu majikan tersebut layaknya suami istri karena pembantu tersebut menurut majikannya adalah budak halal yang mereka beli dari maktab istiqdam ahliyah / recruiting office dengan harga ribuan real, dan merendahkan serta menghinakan pekerja / pembantu bisa menyebabkan rasa sombong dalam hati yang akibatnya orang tersebut diharamkan untuk masuk surga ( semoga Allah menjauhkan kita dari kesombongan) sebagaimana hadits yang mulia dari abnu mas'ud :

" لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذرة من كبر- قال رجل : إن الرجل يحب أن يكون ثوبه حسنا و نعله حسنة – قال : إن الله جميل يحب الجمال , الكبر بطر الحق و غمط الناس " بطر الحق أي : رده , و غمط الناس أي احتقارهم ( رواه مسلم من حديث ابن مسعود )
" Tidak akan masuk surga orang yang dihatinya ada sebesar biji sawi dari kesombongan – berkata seorang laki-laki : sesungguhnya seseorang itu senang jika pakaian dan sandalnya itu bagus – berkata rasulallah : sesungguhnya Allah itu indah & menyukai keindahan, sombong adalah : menolak kebenaran & menhinakan / merendahkan manusia ( HR muslim )।


" Dimanakah kalian wahai orang-orang muslim dari menteladani aklaq & perilaku rasulallah yang setiap harinya kalian mengucapkan " saya bersaksi bahwasanya Muhammah utusan Allah " yang setiap harinya kalian selalu bersholawat untuk beliau tetapi kalian jauh dari akhlaq dan perilaku junjungan & panutanmu ? apakah kalian tidak perhatikan persaksian anas yang telah membantu rasulallah selama 10 tahun tentang akhlaq dan kebaikan rasulallah terhadapnya yang telah kami sebutkan diatas, kemudian anas berkata :


وكان رسول الله من أحسن الناس خلقا , ولا مسست خزا ولا حريرا ولا شيئا الين من كف رسول الله ( البخاري)

" Rasulallah itu adalah orang yang paling baik akhlaqnya, dan tidak pernah aku menyentuh bulu ataupun sutra atau sesuatu yang lainnya yang lebih lembut dari telapak tangan rasulallah" ( HR bukhari )।


Dan salah satu yang diperhatikan dan diutamakan oleh islam adalah berbuat baik dengan pekerja / pembantu sebagaimana sabda rasullallah :


" إذا أتى أحدكم خادمه بطعامه فان لم يجلسه معه فليناوله لقمة أو لقمتين أو أكلة أو أكلتين فانه ولي حره و علاجه " أي حر طبخه و صنعه و إعداده ( رواه البخاري )

"jika salah seorang dari kalian datang pada pekerja / pembantu dengan makanannya dan jika tidak duduk dengannya hendaknya mengambil satu atau dua suapan karena sesungguhnya halal makannanya dan apa yang dia buat " ( HR bukhari )

Ini menunjukkan keagungan islam dalam menyamakan & menjunjung tinggi hak asasi manusia, tidak membedakan antara majikan & pekerja / pembantu dan mengajarkan kepada para majikan untuk lebih dekat dan lebih akrab dengan pekerjanya.
" Ketahuilah sesungguhnya memberikan gaji & hak-hak pekerja / pembantu bukan hanya akhlaq yang mulia & terpuji tapi juga merupakan amalan yang sholeh yang bisa mendekatkan diri kepada Allah تعالى , dan itu juga kita bisa menjadikannya sarana untuk bertawasul kepada Allah tatkala kita berdo'a kepadanya di waktu kita dalam keadaan susah ataupun tertimpa bencana, sebagaimana apa yang dilakukan tiga pemuda yang terjebak dalam gua yang tertutup batu, yang salah satunya berkata :
" ya Allah aku dulu pernah punya pembantu yang bekerja untukku dengan imbalan sekantong beras tetapi tiba-tiba dia pergi, dan akhirnya padi itu saya tanam, hingga berkembang sampai bisa membeli seekor sapi, maka suatu hari pekerja itu datang kepadaku untum mengambil upahnya ( padi tersebut ) kemudian aku katakan : " sekantong padi itu telah akau tanam & bisa untuk membeli seekor sapi maka ambillah sapi itu " kemudian dia mengambilnya dan memeliharanya, ya Allah jika aku melakukan itu karena takut dan mengharapkan ridhomu maka keluarkan kami dari gua ini, maka tiba-tiba batu itu bergerak " ( HR bukhari dari hadist ibnu umar )
Kalau kita baca dan kita telaah sebagian berita-berita kejahatan yang ada di koran ataupun majalah diantaranya ada yang memberitakan kekejaman & kebengisan majikan kepada pembantunya dengan sangat tidak manusiawi, hanya karena sedikit kesalahan yang dilakukan pembantu seperti memecahkan piring atau merusakkan peralatan rumah tangga tanpa sengaja yang akhirnya majikan tersebut menyiksa pembatunya yang menyebabkan lumpuh selama hidupnya, ada yang meregang nyawa bahkan ada yang meninggal dunia, ataupun seorang pembantu menyiksa anak majikan yang masih kecil, hanya dengan sebab sudah selesai kontrak kerja selama 02 tahun & minta pulang tetapi di tunda-tunda dan tidak dipulangkan, yang menimbulkan kejengkelan dan kekesalan pembantu tersebut yang kemudian di tumpahkan kepada anak majikan yang belum berdosa dan mengerti apa-apa, bahkan ada sebagian majikan yang merasa senang dan bahagia tatkala menyiksa pekerja / pembantu mereka, sesungguhnya manusia seperti mereka itu bukanlah manusia secara utuh akan tetapi mereka itu adalah setengah manusia dan setengah syaithon yang terlaknat, syaithon yang tinggal dalam tubuh, hati dan pikiran bahkan ada pada setiap aliran darah mereka, sehingga mereka itu berwajah bengis dan tidak mengenal rasa kasih sayang dan rahmad pada sesama manusia.
Akan tetapi Allah tidak akan membiarkan mereka walaupun mereka merasa aman dan bahagia, janganlah terburu-buru wahai saudaraku karena sudah sunnatullah dari kehidupan ini sebagaimana sabda orang yang paling benar صلى الله عليه وسلم - - :

" من لا يرحم الناس لا يرحمه الله " ( رواه البخاري من حديث جرير بن عبد الله )

" Barang siapa yang tidak mengkasih sayangi manusia maka Allah tidak akan mengkasihani & tidak akan menyayanginya ( HR bukhari dari hadistnya jarir bin Abdullah )


وعن أبي مسعود الأنصاري – رضي الله عنه – قال : " كنت اضرب غلاما لي فسمعت من خلفي صوتا : " اعلم أبا مسعود لله اقدر عليك منك عليه " فالتفت فإذا هو رسول الله – صلى الله عليه وسلم - , فقلت : يا رسول الله هو حر لوجه الله , فقال : " أما لو لم تفعل للفحتك النار – أو قال- لمستك النار " ( رواه مسلم )

" Dari abu mas'ud al ansori – semoga Allah meridhoinya – aku pernah memukul budak laki-laki milikku maka tiba-tiba aku mendengar suara dari belakangku " ketahuilah wahai aba mas'ud sesungguhnya Allah lebih mampu melakukan ( membalas ) apa yang kamu lakukan kepadanya " kemudian aku menoleh kepadanya ternyata beliau itu adalah rasulallah, maka aku berkata : wahai rasulallah aku merdekakan dia karena Allah, maka rasulallah bersabda : " seandainya kamu tidak memerdekakannya sungguh kamu akan di sambar / dijilat api " ( HR muslim ) .

Dan juga salah satu kelicikan dan kejelekan sebagian majikan yang pernah kami ( penterjemah) lihat dan terjadi adalah menipu pekerja / pembantunya dalam masalah penyelesaian gaji, tatkala pembantu tersebut mau pulang kenegrinya karena selesai kontrak kerja, dan tersisa gaji beberapa bulan yang masih ada ditangan majikan, kemudian majikan tersebut memberikannya berupa cek atas nama suatu bank, tatkala di tukarkan ke bank dinegaranya, pegawai bank tersebut menyatakan bahwasanya cek tersebut kosong, atau dengan cara sisa gaji tersebut di tukarkan dengan mata uang asing atau dolar amerika, tetapi tidak sesuai jumlah gaji yang tersisa atau di kurangi beberapa bulan, contoh, pembantu tersebut masih punya sisa gaji 06 bulan tapi yang di tukarkan ke dolar oleh majikannya hanya 04 bulan, tetapi pembantu tersebut percaya saja karena tidak tahu nilai tukar dari mata uang tersebut, yang penting menerima uang ratusan / ribuan dolar itupun mereka merasa senang dan bahagia, padahal majikannya telah menipunya, itulah otak bulus dan termasuk salah satu kebusukan & kelicikan sebagian majikan yang mereka dapatkan dari bisikan nafsu syetan terkutuk yang bercokol diotak dan pikirannya,mereka tidak peduli dengan ancaman nabi yang menyatakan :

من غشنا فليس منا " ( رواه الترمذي و ابن ماجة ) "

" barang siapa yang menipu kami ( orang islam ) maka bukan termasuk golongan kami " ( HR tirmidhi & ibnu majah ),

kalau kita sudah tidak di akui & tidak di anggap umat nabi muhammad maka kita mau kemana ? kalau bukan termasuk umatnya syaithon terkutuk, yang akhirnya di lemparkan ke neraka yang begitu dasyat siksaanya, Sebagaiman hadist di bawah ini :

و عن معقل بن يسار رضي اله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " ما من عبد يسترعيه الله رعية يموت يوم يموت غاش لرعيته إلا حرم الله عليه الجنة " ( رواه مسلم )

Telah bersabda rasulallah : " tidaklah seorang hamba itu menjadi tuan ( majikan ) dari pekerja / pembantu kemudian meningal dunia dan dia menipu pekerjanya kecuali Allah mengharamkannya dari surga " ( HR muslim ) kalau Allah melarang kita msuk surga maka pasti kita akan di seret dan dilemparkan kedalam neraka hanya dengan sebab menipu manusia atau pekerja ataupun pembantu kita ( semoga Allah menjauhkan kita dari sifat tersebut ) ।

Juga kenyataan hidup yang tejadi pada majikan atau salah satu keluarga majikan baik istrinya atau anknya tiba-tiba sakit dan lumpuh, padahal sebelumnya sehat dan segar bugar, kemudian mereka menuduh bahwasanya pekerja / pembantunya telah menyihirnya yang menyebabkan majikan atau salah satu keluarganya sakit, padahal dokter sudah memvonis bahwasanya majikan tersebut kena kanker atau penyakit yang lainnya, mereka lupa dan tidak ingat kalau pernah berbuat dholim kepada pekerjanya atau pembantunya, sehingga pekerja atau pembantu ini mengangkat kedua tanganya ke langit mengadukan masalanya kepada Dzat yang maha mendengar dan maha kuasa atas segalanya, mungkin penyakitnya tersebut balasan dari kedholiman yang mereka perbuat kepada pekerja atau pembantunya, apakah mereka tidak pernah mendengar dan memperhatikan sabda nabi yang menyatakan :

" واتق دعوة المظلوم فانه ليس بينها و بين الله حجاب " و في رواية " اتقوا دعوة المظلوم فإنها تحمل على الغمام يقول الله : و عزتي و جلالي لانصرنك ولو بعد حين " ( صحيح الجامع : 117 )

" Takutlah kalian dengan do'anya orang yang terdholimi karena sesungguhnya antara do'anya dengan Allah tidak ada penghalang " dan dalam riwayat lain " takutlah kalian dengan do'anya orang terdholimi karena doanya dibawa diatas awan ( langit ) dan Allah berfirman : " demi kemuliaan dan ketinggianku sungguh aku akan menolongmu walau telah berlalu beberapa saat " ( shohihul jami': 117 )

Akhir dari tulisan ini semoga Allah selalu melindungi kita semua menjaga kita dari akhlaq yang tercela, menjadikan kita orang yang selalu menteladani uswah dan panutan kita rasulallah صلى الله عليه وسلم dan mampu

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik didalam rumah ataupun didalam kehidupan bermasyarakat, dan menjadikan kita termasuk dalam golongan penhuni surgaNya amiin.




و الصلاة و السلام على سيدنا محمد وعلى أليه و أصحابه أجمعين والحمد لله رب العالمين
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

* Di terjemahkan secara singkat dengan berbagai tambahan dan pengurangan dari buku :
حذار من ظلم الخدم و أهانتهم للمشايخ : د فهد السنيدي ود إبراهيم الخضيري و الشيخ محمد ألفيفي
Terbitan : Departemen Tenaga Kerja kerajaan Saudi Arabia bekerja sama dengan majalah " Al yamamah "