3/22/10

HUKUM MENAMAI NEGERI YAHUDI DENGAN " ISRAEL "

HUKUM MENAMAI NEGERI YAHUDI DENGAN “ISRAEL”

Oleh
Syaikh Al-Alamah Prof Dr Rabi bin Hadi Al-Madkhali



MUQADDIMAH
Segala puji bagi Alloh, sholawat dan salam semoga tercurah atas Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya. Amma ba’du

Di antara fenomena ganjil yang tersebar yang tersebar di kalangan kaum muslimin adalah menamai dan menyebut negeri Yahudi yang dimurkai Alloh dengan “Israel”!

Saya belum pernah melihat seorang pun yang mengingkari fenomena yang berbahaya ini (!) yang menyinggung kehormatan seorang rosul yang mulia, yaitu Ya’qub [1] Alaihish-sholatu wa sallam yang dipuji oleh Alloh di dalam Kitab-Nya bersama dengan kedua bapaknya yang mulia; Ibrohim dan Ishaq Alaimas salam, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dan ingatlah hamba-hamba Kami : Ibrohim, Ishaq dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugrahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik” [Shod : 45-47]

Inilah kedudukan rosul yang mulia ini dalam Islam, bagaimana bisa dilekatkan pada orang-orang Yahudi, dan bagaimana bisa mereka dilekatkan padanya ?!

Banyak kaum muslimin yang membawa nama rosul ini ketika mecela negeri Yahudi ini dengan mengatakan : Israel telah melakukan ini, Israel telah melakukan itu, Israel akan melakukan ini dan itu!

Hal ini menurut pandanganku adalah perkara yang mungkar, sekedar wujudnya saja tidak boleh ada pada kaum muslimin, apalagi menjadi fenomena yang menyebar di kalangan mereka tanpa ada satu pun yang mengingkari!

HUKUM MENAMAI NEGERI YAHUDI DENGAN NAMA “ISRAEL”
Dari sini kami lontarkan sebuah pertanyaan dan sekaligus jawabannya, maka kami katakan : Bolehkah menamai negeri Yahudi yang kafir dan brengsek ini degan nama “Isarel” atau “negeri Israel” kemudian diarahkan celaan dan cercaan kepada negeri ini atas nama “Israel”?

Yang haq (benar), bahwasanya hal ini tidak diperbolehkan!

MAKAR-MAKAR ORANG-ORANG YAHUDI
Orang-orang Yahudi telah banyak melakukan makar-makar yang besar di mana mereka menjadikan hak mereka sebagai hak yang syar’i di dalam menegakkan sebuah negeri di jantung negeri kaum muslimin atas nama warisan dari Ibrohim dan Israel!

Mereka telah membuat makar yang besar dengan menamakan negeri Zionis mereka dengan nama negeri Israel!

Tipudaya mereka ini telah merasuk ke dalam tubuh kaum muslimin –tidaklah saya katakan pada orang-orang awam saja bahkan pada banyak dari kalangan terpelajar-, jadilah kaum muslimin menyebut-nyebut negeri Israel bahkan nama Israel di dalam berita-berita mereka, di dalam koran-koran mereka, di dalam majalah-majalah mereka, dan di dalam pembicaraan-pembicaraan mereka, sama saja dalam konteks berita biasa atau dalam konteks mencerca, mencela dan bahkan melaknat. Semua ini terjadi di tengah-tengah kaum muslimin dan yang sangat disayangkan tidak pernah kami dengar seorang pun mengingkarinya!

CELAAN ALLOH TERHADAP ORANG-ORANG YAHUDI BUKAN DENGAN NAMA ISRAEL
Alloh telah banyak mencela orang-orang Yahudi di dalam Al-Qur’an dan melaknat mereka serta mengabarkan kepada kita tentang kemurkaan-Nya kepada mereka, tetapi semua ini dengan nama orang-orang Yahudi [2] dan dengan nama-nama orang kafir dari bani Isro’il [3], bukan dengan nama Israel/Isro’il seorang nabi yang mulia putra seorang nabi yang mulia ishaq putra seorang nabi yang mulia Kholilulloh Ibrohim ‘Alaimush-sholatu wa salam!.

ORANG-ORANG YAHUDI BUKANLAH PEWARIS ISRAEL
Orang-orang Yahudi ini tidaklah memiliki ikatan agama dengan Nabiyulloh Israel/Isro’il (Ya’qub “Alaihish-sholatu wa salam) dan tidak juga dengan Ibrohim Kholilulloh Alaihish-sholatu wa salam!

Orang-orang Yahudi ini tidaklah memiliki hak waris keagamaan dari Ya’qub dan Ibrohim. Sesungguhnya yang mewarisi agama keduanya adalah orang-orang yang beriman, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Sesungguhnya orang yang dekat kepada Ibrohim ialah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Alloh adalah pelindung semua orang-orang yang beriman” [Ali-Imran : 68]

Alloh berfirman dalam KitabNya mengabarkan bahwa Ibrohim Alaihish-sholatu wa salam berlepas diri dari orang-orang Yahudi, Nashoro, dan orang-orang musyrik.

“Artinya : Ibrohim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasroni, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Alloh) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik” [Ali-Imron : 67]

Kaum muslimin tidaklah mengingkari bahwa orang-orang Yahudi berasal dari keturunan Ibrohim dan Israel/Isro’il, tetapi kaum muslimin memastikan bahwa orang-orang Yahudi adalah musuh-musuh Alloh dan musuh-musuh para rosul diantara para rosulNya yaitu Muhammad, Ibrohim dan Israel. Kaum muslimin meyakini dengan pasti bahwa tidak ada saling mewarisi antara pada nabi dengan musuh-musuh mereka dari orang-orang kafir, sama saja apakah orang-orang kafir ini orang-orang Yahudi, orang-orang Nashoro, atau dari orang-orang musyrik Arab dan yang lainnya, dan bahwasanya orang-orang yang paling dekat kepada Ibrohim dan seluruh para nabi adalah kaum muslimin yang mereka ini beriman kepada para nabi, mencintai para nabi, memuliakan para nabi, dan beriman kepada apa yang diturunkan oleh Alloh kepada mereka dari kitab-kitab suci dan shuhuf ; kaum muslimin menjadikan keimanan kepada semua ini termasuk pokok-pokok agama mereka, maka kaum muslimin-lah pewaris para nabi dan orang-orang yang paling dekat kepada para nabi!

BUMI ALLOH MILIK HAMBA-HAMBANYA BUKAN MILIK MUSUH-MUSUHNYA
Bumi Alloh sesungguhnya adalah milik hamba-hamba-Nya yang beriman kepada-Nya, dan kepada para rosul yang mulia. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dan sungguh telah kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang sholih. Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surat) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah (Alloh) Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rohmat bagi semesta alam” [Al-Anbiya : 105-107]

Maka musuh-musuh para nabi –terutama orang-orang Yahudi- tiadaklah memiliki warisan bumi di dunia ini dan di akhirat mereka mendapatkan adzab neraka yang abadi!

Sungguh sangat mengherankan keadaan kebanyakan kaum muslimin yang menyerahkan kepada orang-orang Yahudi dengan klaim bahwa mereka adalah pewaris bumi Palestina, dan bahwasanya orang-orang Yahudi mencari Haikal Sulaiman Alaihish-sholatu wa salam – yang beliau Alaihish-sholatu wa salam ini dikafirkan oleh orang-orang Yahudi dan dituduh dengan tuduhan-tuduhan keji-. Orang –orang Yahudi ini adalah musuh yang paling sengit bagi Sulaiman Alaihish-sholatu wa salam yang termasuk nabi di antara para nabi Bani Isro’il. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Apakah setiap datang kepada kalian sorang rosul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginan kalian lalu kalian menyombong ; maka beberapa orang (diantara mereka) kalian dustakan dan beberapa orang (yang lain) kalian bunuh” [Al-Baqoroh : 87]

Lalu bagaimana kaum muslimin –minimal dengna sikap mereka- membenarkan klaim-klaim yang batil ini?! Dan mereka namakan orang-orang Yahudi dengan “Israel” dan “negeri Israel”!

Dan sesungguhnya mereka –demi Alloh- di hari mereka beriman dengan sebenarnya kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, para rosul, dan risalah-risalah mereka, maka mereka adalah para wali Alloh, wali para nabi dan rosul-Nya!

KUNCI KEMENANGAN KAUM MUSLIMIN
Maka hendaknya kaum muslimin mempersiapkan diri-diri mereka secara aqidah dan manhaj, dengan berangkat dari kitab Robb mereka dan sunnah nabi mereka serta jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat Radhiyallahu ‘anhum dan jalan yang ditempuh para pengikut mereka dalam kebaikan dari para tabi’in terbaik dan para imam petunjuk dan agama ; karena sesungguhnya inilah wasilah (sarana) paling agung untuk kemenangan kaum muslimin atas musuh-musuh mereka, dan wasilah paling agung bagi keluhuran nilai kaum muslimin, kebahagiaan mereka dan kemuliaan di dunia dan akhirat.[4]

Hendaknya mereka bersihkan tangan-tangan mereka dari hawa-hawa nafsu, bid’ah-bid’ah dan ta’ashshub (fanatisme) terhadap kebatilan dan pemilikya. Kemudian, hendaknya mereka berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mempersiapkan diri secara meteril dari berbagai macam persenjataan dan hal-hal yang berhubungan dengannya serta kewaspadaan dan latihan militer, sebagaimana diperintahkan oleh Alloh dan Rasul-Nya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Alloh dan musuh kalian” [Al-Anfal : 60]

Kekuatan di dalam nash di atas meliputi setiap kekuatan yang menggentarkan musuh dari berbagai macam persenjataan.

Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa salla bersabda.

“Artinya : Ketahuilah sesungguhnya kekuatan itu adalah melempar, ketahuilah sesungguhnya kekuatan itu adalah melempar, ketahuilah sesungguhnya kekuatan itu adalah melempar” [5]

Dan “melempar” di sini meliputi semua senjata yang dilempar, semuanya ini wajib diusahakan dengan industri, atau jual beli, atau dengna cara yang lainnya.

BAGAIMANA CELAAN DAN CERCAAN DIARAHKAN KEPADA SEORANG NABI?!
Sekali lagi … aku sangat heran, peletakan nama nabi yang mulia ini atas sebuah negeri yang brengsek dan umat yang dimurkai dan umat yang membuat kedustaan, dikatakan tentang mereka dan tentang berita mereka dan tentang celaan kepada mereka “ Israel” dan “negeri Israel”, seakan-akan bahasa Arab yang luas telah sempit bagi mereka sehingga tidak dijumpai dalam bahasa Arab kecuali nama ini!

Kemudian apakah mereka merenungi perkara ini di dalam diri-diri mereka. Apakah perkara ini membuat keridhoan Alloh atau rosul-Nya?

Apakah perkara ini membuat keridhoan Nabiyullah Israel (Ya’qub) atau membuat dia tidak suka seandainya dia hidup?

Tidaklah mereka mengetahui bahwasanya cercaan dan celaan yang mereka arahkan kepada orang-orang Yahudi atas nama Israel akan berpaling menuju kepadanya dalam keadaan mereka tidak merasakan ; dari Abu Hurairah bahwasanya Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Tidaklah kalian heran bagaimana Alloh memalingkan aku dari cacian orang-orang Quraisy dan laknat mereka, mereka mencaci seorang yang tercela dalam keadaan aku adalah Muhammad (yang terpuji)” [Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya 2/244, Bukhari dalam shahih-nya : 3533, dan Nasa’i dalam Sunan-nya 6/159, dan diriwayatkan juga oleh Humaidi dalam Musnad-nya 2/481 dan Baihaqi dalam Syu’abul Iman 2/142]

Maka bagaimana kalian palingkan celaan kalian, laknat kalian dan cercaan kalian terhadap musuh-musuh Alloh (lantas kalian arahkan) kepada sebuah nama nabi yang mulia dari para anbiya dan para rosul manusia-manusia pilihan Alloh?!

SYUBHAT DAN JAWABANNYA
Jika ada seorang yang berkata : Penamaan seperti ini ada di dalam kitab Taurot!
Maka kami katakan : Bukanlah hal yang jauh, bahwa ini termasuk tahrif-tahrif (penyelewengan-penyelewengan) ahli kitab, sebagaimana Alloh mempersaksikan mereka bahwasanya mereka mentahrif kitab yang ada di tangan-tangan mereka dan kemudian mengatakan bahwa ini dari Alloh [6], bahkan di dalam kitab Taurot yang telah diselewengkan terdapat tuduhan terhadap para nabi dengan kekufuran dan hal-hal yang keji, maka bagaimana mungkin berargumen dengan apa yang tercantum dalam kitab mereka ini padahal kitab mereka seperti itu keadaannya?!

PENUTUP
Akhirnya kita berdo’a kepada Alloh agar memberi taufiq kepada kaum muslimin semuanya kepada hal yang dicintai dan diridhai-Nya dari perkataan dan perbuatan. Sesungguhnya Alloh mendengar dan mengabulkan do’a

[Ain Salsabil Min Ma’ini Imamil Jarhi Wa Ta’dil oleh www.islamspirit.com diterjemahkan oleh Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifulloh. Penambahan sub judul oleh penerjemah]

[Disalin dari Majalah Al-Furqon Edisi 07 Tahun VI/Shofar 1428 [Maret 2007], Penerbit Lajnah Dakwah Ma’had Al-Furqon, Alamat Maktabah Ma’had Al-Furqon Srowo Sidayu Gresik Jatim 61153]
__________
Foote Note
[1]. Ya’qub adalah Israel (Isro’il) sebagaimana dalam hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada orang-orang Yahudi : “Apakah kalian mengetahui bawha Isro’il adalah Ya’qub?” Mereka menjawab : “Allohumma, ya”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ya Alloh saksikanlah!” [Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ath-Thoyalisi dalam Musnad-nya 1/356, Ibnu Sa’ad dalam Thobaqoh Kubro 1/175 dan Ahmad dalam Munad-nya 1/273 dan 278 dengan sanad yang hasan]
[2]. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Orang-orang Yahudi berkata : “Tangan Alloh terbelengu”, Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu…” [Al-Ma’idah : 64]
[3]. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman : Telah dila’nati orang-orang dari Bani Isro’il dengan lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas” [Al-Ma’dah : 78]
[4].Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika kalian telah berjual beli dengan cara inah, disibukkan oleh ternak dan tanaman, dan kalian tinggalkan jihad di jalan Alloh, maka Alloh akan menimpakan kehinaan kepada kalian, Alloh tidak akan mencabut khinaan itu dari kalian, sampai kalian kembali kepada agama kalian” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya 3462, Baihaqi dalam Sunan Kubro 5/316, dan Thobroni dalam Musnad Syamiyyin hal. 464 dan dishahikan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Shohihah : 11]
[5]. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya 3/13, Tirmidzi dalam Jami-nya 5/270, dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya 2/940 dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shohihul Jami : 2633
[6]. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya ; “Ini dari Alloh” (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan” [Al-Baqoroh : 79]

MISI KAUM MUSLIMIN MENAKLUKKAN TANAH PALESTINA

MISI KAUM MUSLIMIN MENAKLUKKAN TANAH PALESTINA


Oleh
Muhammad Ashim Mustofa



Meski penaklukan ini merupakan misi peperangan, akan tetapi dalam Islam peperangan hanyalah alternatif terakhir dalam menegakkan dakwah tauhid. Sebagaimana menurut Syaikh Ali bin Hassan Al-Halabi, ketika menyampaikan ceramah di Masjid Istiqlal Jakarta, 15-Ferbruari-2006M, beliau mengatakan, peperangan dalam Islam bukanlah perang permusuhan, akan tetapi perang penebusan : peperangan untuk menebarkan sendi-sendi kasih sayang. Membunuh musuh bukanlah tujuan utama dan pertama, akan tetapi itu merupakan pilihan terakhir. Tawaran pertama adalah memeluk agama Islam, kedua adalah membayar upeti dan ketiga adalah tidak mengganggu kaum Muslimin

Begitulah cara dakwah yang dilancarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kaum kuffar, sangat elegan dan beradab. Tak terkecuali, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru para raja dan penguasa di tanah Arab dan sekitarnya, yaitu terlebih dahulu menawarkan Islam, dengan cara mengutus delegasi

Sebagai salah satu contohnya, yaitu ajakan Rasulullah kepada Raja Hiraklius. Sahabat Dihyah mendapat kepercayaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyampaikan surat beliau, yang berbunyi.

Bismillahir Rahmanir Rahim
Dari Muhammad utusan Allah kepada Hiraklius, Pembesar Romawi.
Keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk.
Sesungguhnya saya menyeru anda dengan misi Islam. Peluklah Islam, niscaya anda akan selamat. Dan Allah memberikan dua pahala bagi anda. Bila anda berpaling, maka anda menanggung dosa orang-orang Arisiyyin.

Katakanlah : “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah, dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun, dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka. Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)” [Ali-Imran : 64]

Begitulah, Islam datang saat Palestina dalam genggaman Kerajaan Romawi Nashara. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam mengirimkan beberapa ekspedisi pasukan untuk menaklukan Palestina, yang dahulu menjadi bagian negeri Syam. Berikut adalah kronologis upaya mengambil tanah penuh berkah tersebut dari tangan Kerajaan Romawi Nashara.

PENAKLUKAN PALESTINA PADA MASA NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM

Pengiriman Pasukan Ke Mu’tah Pada Tahun 8H
Yang menjadi penyebab perang Mu’tah [1] ini, karena utusan Rasulullah yang membawa risalah kepada Raja Romawi atau Bashra dibunuh oleh Syurahbil bin Amr Al-Ghassani, salah seorang pembesar Romawi. Pengiriman pasukan ini terjadi pada bulan Jumadil Akhir, tahun 8H. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat Zaid bin Al-Haritsah sebagai komandan pasukan. Beliau berpesan, jika Zaid gugur, maka (beralih) ke Ja’far. Bila Ja’far gugur, maka (beralih) ke Abdullah bin Rawahah [2]

Pada penyerangan tersebut, pasukan kaum Muslimin yang dikirim berjumlah 3000 orang. Sementara Raja Hiraklius mempersiapkan 100 ribu pasukan, dengan di dukung oleh Malik bin Zafilah yang membawa 100 ribu orang dari kalangan Nashara Arab.

Melihat kekuatan musuh sedemikian besar, maka kaum Muslimin mengadakan musyawarah, untuk meminta tambahan pasukan kepada Rasulullah.

Abdullah bin Rawahah menggelorakan semangat mereka dengan berkata : “Wahai sekalian manusia. Sesungguhnya yang kalian cari ada di hadapan kalian –yaitu mati syahid-. Kita tidak memerangi dengan dukungan jumlah pasukan atau kekuatan. Kita tidak memerangi mereka kecuali karena agama ini, yang Allah telah memuliakan kita dengannya. Bergegaslah. Akan ada salah satu kebaikan (yang diraih), kemenangan atau mati syahid”.

Orang-orang pun menyetujuinya. Akhirnya, terjadilah peperangan yang sangat dahsyat antara kedua belah pihak

Satu persatu, orang-orang yang ditunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pemimpin pasukan menjumpai syahadah di medan perang. Khalid bin Al-Walid lah yang kemudian mengambil alih bendera dan memimpin pasukan kaum Muslimin. Dan Allah memberikan kemenangan bagi kaum Muslimin pada perang ini.

Meskipun terjadi perbedaan besar antara jumlah pasukan kaum Muslimin dan kaum kuffar, tetapi tidak banyak para sahabat yang gugur dalam peperangan tersebut. Berdasarkan keterangan para ahli sirah, mereka menyebutkan, yang gugur kurang lebih sepuluh orang saja. Kemenangan ini menjaga batu loncatan untuk menyerang pasukan Romawi pada masa selanjutnya, dan sangat efektif menggetarkan hati orang-orang kafir tersebut.

Perang Tabuk Tahun 9H
Dalam perang ini, tidak jadi pertempuran. Begitu mendengar kedatangan kaum Muslimin, pasukan Romawi, segera menarik diri sampai ke wilayah Syam. Sehingga kaum Muslimin berada di sana untuk menjalin ikatan perdamaian dengan suku-suku setempat, dengan memberlakukan jizyah pada mereka.

Pengiriman Pasukan Pimpinan Usamah Bin Zaid Tahun 11H
Pengiriman pasukan ini sebagai tindak lanjut pengiriman pasukan sebelumnya yang dipimpin sang ayah Usamah bin Haritsah. Beliau memerintahkan agar pasukan Usamah ini diberangkatkan. Perintah ini terjadi saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada pada masa-masa wafatnya. Saat pasukan ini sampai di daerah Jurf, terdengar khabar bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia. Sehingga untuk sementara misi penyerangan ditunda, sampai kemudian terpilihlah Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu sebagai Khalifah. Dan sang Khalifah ini yang kemudian melanjutkan misi tersebut dengan tetap mengangkat Usamah bin Zaid sebagai pemimpin pasukan.

PENAKLUKAN SYAM SETELAH NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM WAFAT.

Memberangkatkan Pasukan Usamah bin Zaid Ke Syam
Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu selaku khalifah, beliau tetap bertekad merealisasikan pengiriman pasukan Usamah yang sudah dipersiapkan Rasulullah menuju Syam. Dengan berjalan kaki, beliau mengantarkan pasukan ini dan memberikan beberapa pesan kepada sang komandan.

Pasukan Usamah ini bergerak menuju daerah Balqa, yang mencakup Mu’tah. Di sana, pasukan ini memerangi sejumlah orang dari suku Qadha’ah yang murtad, dan berhasil memukul mereka. Setelah tujuh puluh hari sejak pemberangkatannya, pasukan ini kembali ke Madinah.

Pengaruh dari keberhasilan pasukan ini, menyebabkan para musuh merasa gentar dan ketakutan. Mereka tetap meyakini, bahwa kaum Muslimin masih berada dalam kekuatan penuhnya, meskipun Rasulullah telah wafat. Sehingga kaum kuffar mengurungkan niat untuk melakukan penyerangan.

Pasukan Abu Ubaidah Bin Al-Jarrah Radhiyallahu ‘Anhu.
Setelah menyelesaikan misi pasukan Usamah bin Zaid, selanjutnya Khalifah Abu Bakar juga mengirimkan beberapa pasukan untuk menyerang Syam. Panglima-panglima pasukan yang beliau tunjuk adalah Abu Ubaidah, Yazid bin Abi Sufyan, Amr bin Al-Ash dan Syarahbil bin Hasanah. Jumlah pasukan mereka kurang lebih 40 ribu jiwa.

Dalam perjalanan, sebagian pasukan menghadapi serangan dari musuh. Yazid bin Abu Sufyan menghadapi tentara Romawi, dan meraih kemenangan atas musuhnya. Sementara Amr bin Al-Ash dan Syarahbil bin Hasanah menghadapi pasukan Romawi yang lain di Ajnadin Palestina. Mereka berhasil memaksa musuh untuk mundur sampai ke Al-Quds.

Selanjutnya, kaum Muslimin harus menghadapi Romawi yang telah menghimpun pasukan secara besar-besaran, jauh lebih besar dari jumlah pasukan Muslimin di bawah pimpinan saudara Hiraklius, yaitu Theoderik. Jumlah mereka 200 ribu pasukan. Oleh karenanya, Amr bin Al-Ash mengusulkan agar seluruh pasukan kaum Muslimin disatukan di Yarmuk.

Perang Yarmuk Tahun 13H
Begitu Khalifah Abu Bakar mengetahui bahaya yang mengancam dengan besarnya jumlah pasukan musuh, beliau Radhiyallahu ‘anhu memutuskan agar Khalid bin Al-Walid dengan setengah pasukannya yang di Irak, untuk membantu pasukan kaum Muslimin yang berada di Syam. Dengan kegesitan dan kecekatannya, pasukan Khalid bin Al-Walid berhasil melintasi padang pasir ganas dalam waktu yang singkat, kemudian bergabung dengan pasukan Muslimin di Yarmuk. Saat itu, kepemimpinan pun berpusat pada satu orang, yaitu Khalid bin Al-Walid

Peperangan yang sangat hebat ini, juga diikuti oleh tidak kurang seratus sahabat Nabi yang ikut dalam perang Badar. Kaum Muslimin benar-benar menunjukkan keberaniannya untuk berkorban di jalan Allah. Seorang sahabat yang bernama Ikrimah bin Abi Jahal gugur di sana.

Ribuan orang dari kalangan Nashara tewas. Sementara Hiraklius melarikan diri di akhir peperangan, meninggalkan kota Anthakiyah dan Suriah untuk terakhir kalinya. Berita kemenangan kaum Mulimin di Yarmuk, dibarengi dengan wafatnya Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang kemudian digantikan oleh Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu

PENAKLUKAN SYAM PADA MASA UMAR BIN AL-KHATHTHAB RADHIYALLAHU ‘ANHU.

Penaklukan Damaskus Tahun 14H
Abu Ubaidah bermusyawarah dengan Khalifah Umar, mengenai tujuan penaklukan selanjutnya, Damaskus ataukah wilayah Yordania. Sang Khalifah mengisyaratkan untuk mengarahkan pasukan ke Damaskus terlebih dahulu. Maka, kaum Muslimin mengepung kota tersebut selama enam bulan. Khalid menyerang melalui sisi timur. Sementara Abu Ubaidah berhasil memasukinya dengan jalan damai dari sisi Jabiyah. Dan akhirnya kaum Muslimin berhasil menaklukannya.

Selanjutnya, kaum Muslimin dengan dipimpin Syarahbil bin Hasanah menuju kota Fahl, dan berhasil memukul mundur pasukan Romawi

Penaklukan Kota Himsh, Humat, Ladziqiyah Dan Halab
Abu Ubaidah dan pasukan bergerak menuju Himsh dan mengepungnya. Jalan perdamaian menjadi akhir peperangan ini. Begitu pula, kota Humat dan Halab, masuk dalam pangkuan Islam melalui cara damai. Sementara Ladziqiyah, terpaksa ditaklukkan dengan jalan kekerasan. Setelah penduduknya memilih cara itu.

Penaklukan Kota Anthakiyah
Anthakiyah, adalah ibukota Imperium Romawi di wilayah timur. Heraklius telah meninggalkannya. Maka, Abu Ubaidah mengepungnya dan takluk melalui jalan damai.

Sementara itu, Amr bin Al-Ash mulai merangsek menuju bumi Palestina. Setelah kekalahan di Ajnadin, komandan Romawi mundur dan berlindung di benteng-benteng Baitul Maqdis. Kaum Muslimin membidik kota-kota yang berada di pantai Rafah. Begitu pula dengan Ghaza, Nablus, Amwas, Yafa berhasil ditaklukan oleh kaum Muslimin.

Baitul Maqdis Berada Dalam Kekuasaan Kaum Muslimin
Setelah itu, Amr bin Al-Ash menuju wilayah Baitul Maqdis dan mengepungnya dalam jangka waktu yang lama. Tatkala penduduk Baitul Maqdis mengetahui batapa kuatnya pengepungan yang dilakukan kaum Muslimin, dan sebaliknya betapa lemahnya mereka untuk menghalau kaum Muslimin, lantaran wilayah-wilayah di pantai telah ditaklukkan, maka mereka mengajukan perdamaian. Dengan syarat, agar Khalifah Umar sendiri yang menanganinya. Maka beliau datang dan menulis ketetapan perdamaian bagi Al-Quds dan menerima kunci-kuncinya.

Demikianlah, penaklukan Syam berhasil tuntas di masa Khalifah Umar bin Al-Khaththab.

Maraji.
[1]. Ashrul Khilafatir-Rasyidah, Dr Akram Dhiya Al-Umari, Maktabah Al-Obaikan. Cet. III, Th. 1422H
[2]. Al-Khulafaur Rasyidin wad Daulatul Umawiyah, Wizarah Ta’lim Ali. Cet V/Th.1413H
[3]. Al-Jihad an Nabawi fi Fhilasthin, Abu Anas Muhammad Musa Alu Nashr, Majalah Al-Ashalah. Edisi 30, Th V.
[4]. Mukhtashar Siratir Rasul, Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, tahqiq Hana Muhammad Jazamati Darul Kitabi Arabi, Beirut, Libanon, cet VI dan Th 1421H

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi Khusus 07-08/Tahun X/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]
_________
Footnotes
[1]. Sekarang Mu;tah masuk wilayah Yordania
[2]. HR Al-Bukhari no. 4260-4261
[3]. Ashrul khilafatir Rasyidah, hal. 370-375
PALESTINA, TANAH KAUM MUSLIMIN



KLAIM PALSU YAHUDI ATAS TANAH PALESTINA
Merasa nenek moyangnya pernah berdiam disana, menyebabkan kaum Yahudi membuat klaim jika mereka memiliki hak atas tanah Palestina. Alasan yang dikemukakan, karena mereka telah mendiaminya sejak Nabi Ibrahim dan berakhir ketika orang-orang Yahudi generasi akhir diusir dari Baitul Maqdis pada masa Romawi.

Mereka pun mengklaim hak kepemilikan tersebut juga berdasarkan tinjauan agama. Yaitu mengacu kepada kitab suci mereka, bahwa Allah telah menjanjikan kepemilikan tanah Kan’an (Palestina) dan wilayah sekitarnya, dari sungai Nil di Mesir sampai sungai Eufrat di Irak. Janji tersebut disampaikan Allah kepada Ibrahim. Begitulah bangsa Yahudi yang hidup pada masa sekarang mengklaim sebagai keturunan Ibrahim, bangsa terpilih. Sehingga merasa paling berhak dengan Palestina dan sekitarnya, yang disebut-sebut sebagai ardhul mi’ad (tanah yang dijanjikan).

Karenanya, muncul upaya untuk menghimpun kaum Yahudi yang tersebar di berbagai wilayah, bertujuan mendirikan sebuah negara Israil Raya, Napoleon Bonaparte, seorang raja Perancis telah memfasilitasi tujuan tersebut. Caranya, pada tahun 1799M, dia mengajak Yahudi dari Asia dan Afrika untuk bergabung dengan pasukannya. Namun akibat kekalahan dideritanya, menyebabkan rencana tersebut tidak terwujud.

Wacana ini kembali muncul, dengan terbitnya buku Negara Yahudi, yang ditulis pemimpin mereka, Theodare Heartzel pada tahun 1896M. Orang-orang Yahudi melakukan kajian secara jeli tentang kondisi negara-negara penjajah. Hingga sampai pada kesimpulan, bahwa Inggris merupakan negara yang paling tepat untuk membantu merealisasikan rencana tersebut.

Ringkasnya, setelah melalui lobi-lobi, maka pada tahun 1917M, Inggris yang menjajah kebanyakan negara Arab, memberikan tanah hunian bagi Yahudi di Palestina. Penguasa Inggris melindungi mereka dari kemarahan kaum Muslimin. Di sisi lain, penjajah Inggris bersikap sangat keras terhadap kaum Muslimin di sana.

KEPALSUAN PENGAKUAN YAHUDI
Sebelum Bani Israil masuk ke wilayah tersebut, tanah Palestina telah didiami dan dikuasai suku-suku Arab. Kabilah Finiqiyyin, menempati wilayah utara kurang lebih pada tahun 3000SM. Kabilah Kan’aniyyun, menempati bagian selatan dari tempat yang dihuni orang-orang Finiqiyyin. Mereka menempati wilayah tengah pada tahun 2500SM. Inilah suku-suku bangsa Arab yang berhijrah dari Jazirah Arabiyah. Kemudian datang kelompok lain, kurang lebih pada tahu 1200SM, yang kemudian dikenal dengan Kabilah Falestin. Menempati wilayah antara Ghaza dan Yafa. Hingga akhirnya nama ini menjadi sebutan bagi seluruh wilayah tersebut. dan ketiga suku ini terus mendiaminya.

Secara historis, telah jelas Bani Israil bukanlah bangsa yang pertama menempati Palestina. Daerah itu, sudah dihuni oleh suku-suku Arab sejak beribu-ribu tahun lamanya, sebelum kedatangan Bani Israil. Bahkan keberadaan suku Arab tersebut terus berlangsung sampai sekarang.

Adapun Bani Israil, pertama kalia masuk Palestina, yaitu saat bersama Yusya bin Nun, setelah wafatnya Nabi Musa Alaihissalam. Sebelumnya mereka dalam kebingungan, terusir, tak memiliki tempat tinggal, karena melakukan pembangkangan terhadap perintah Allah

Dikisahkan dalam Al-Qur’an.

“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya :”Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun diantara umat-umat yang lain. Hai kaumku, masuklah ke tanah suci yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena kamu takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi” [Al-Maidah : 20-21]

Akan tetapi, mereka adalah bangsa pengecut yang dihinggapi rasa takut Sikap pengecut ini terlihat jelas dari jawaban mereka terhadap ajakan Nabi Musa.

Kelanjutan ayat di atas menyebutkan.

“Mereka berkata :”Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya”.

“Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya : “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya, nisacaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.

“Mereka berkata : “Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinyua selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabb-mu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”.

“Berkata Musa : “Ya Rabb-ku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu, pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu”.

“Allah berfirman : “(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu” [Al-Maidah : 22-26]

Dengan terusirnya dari tanah yang diberkahi ini, bagaimana mungkin mereka mengaku memiliki hak atas tanah ini? Sementara itu, pengembaraan ke berbagai penjuru bumi, karena terusir di mana-mana menimbulkan konsekwensi bagi mereka berinteraksi, dan beranak-pinak dengan bangsa lainnya. Sehingga terpuituslah nasab mereka dengan nenek moyangnya.

Jelaslah, generasi Yahudi pada masa sekarang ini bukan keturunan Bani Israil sebagaimana yang mereka katakan. Meski demikian, mereka berupaya keras menyebarluaskan klaim palsu ini, bahwa mereka keturunan orang-orang Bani Israil generasi pertama yang menghuni Palestina dahulu. Tujuan propaganda ini, agar kaum Nashara menilai mereka sebagai keturunan Nabi Ya’qub. Sehingga muncul opini, bahwa merekalah yang dimaksud oleh janji sebagaimana tersebut dalam Pejanjian Lama. Dengan ini mereka berharap Nashara merasa memiliki ikatan emosional, dan kemudian membela mereka. Sebab Nashara mengagungkan Taurat (Perjanjian Lama) dan menganggapnya sebagai wahyu dari Allah.

Akan tetapi, fakta menujukkan, jika klaim mereka dalah dusta. Mereka mengaku akar keturunannya masih murni, bersambung sampai ke Israil (Ya’qub). Padahal, mereka sendiri telah mengakui, banyak di antara orang-orang Yahudi yang menikahi wanita Yahudi. Demikian juga, kaum wanitanya pun menikah dengan lelaki non Yahudi.

Sebagai contoh bukti lainnya, sebuah suku yang besar di Rusia , Khazar telah memeluk Yahudi pada abad ke-8 Masehi. Kerajaan ini begitu kuatnya. Kemudian mengalami kehancuran total setelah diserang Rusia. Sejak abad ke -13 Masehi, wilayah ini terhapus dari peta Eropa. Penduduknya bercerai berai di Eropa Barat dan Timur. Ini merupakan salah satu indikasi yang jelas, bahwa mereka tidak mempunyai ikatan dengan Ya’qub dan keturunannya.

Kalaupun mereka tetap bersikeras mengaku sebagai keturunan Ya’qub, akan tetapi sebagai kaum Muslimin, kita tidak merubah sikap, selama mereka memusuhi kaum Muslimin. Sebab, nasab tidak ada artinya, bila masih berkutat dalam kekufuran. [12]

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi Khusus 07-08/Tahun X/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]
_________
Footnotes
[12] Dirasatun Fil Ad-yan, halaman 66-67
PERMUSUHAN YAHUDI TERHADAP ISLAM (TINJAUAN HISTORIS)


Oleh
Abu Asma Kholid Syamhudi



Permusuhan Yahudi terhadap Islam sudah diketahui dan sudah ada semenjak dahulu, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai dakwahnya. Bahkan sebelum beliau lahir, kaum Yahudi sudah menampakkan permusuhannya tersebut. mereka merasa khawatir, pengaruh dakwah Islam ini dapat menghancurkan impian dan rencana mereka. [1]

Substansi permusuhan Yahudi terhadap Islam adalah masalah agama, bukan permusuhan yang menyangkut perebutan tanah, wilayah ataupun perbatasan, sebagaimana opini yang berkembang di khalayak. Bukan masalah tersebut, tetapi karena persoalan yang menyangkut aqidah dan Islam.

Musuh-musuh Islam dan para pengekornya terus berupaya membentuk opini, bahwa hakikat pertarungan dengan Yahudi hanya sebatas perebutan wilayah, pengungsi dan persoalan air. Sehingga menurut mereka, persengkataan ini berakhir dengan (diciptakannya) hidup berdampingan secara damai, perbaikan taraf hidup masing-masing, penempatan pemukiman secara terpisah, dan pendirian sebuah negara sekuler kecil yang lemah di bawah tekanan Zionisme. Semua itu, justru menjadi pagar pengaman bagi negara Zionis. Kita semua tidak menyadari, bahwa permusuhan kita dengan Yahudi sudah lama terjadi, semenjak berdirinya negara Islam di Madinah di bawah kepemimpinan utusan Allah bagi alam semesta, yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam [2]. Permusuhan dan usaha Yahudi merusak Islam akan berlanjut terus. Hal ini sudah terlihat dalam peringatan yang disampaikan pendeta Buhairah terhadap Abu Thalib, ketika paman beliau ini menyertakan Rasulullah waktu masih kecil dalam perjalanan dagang bersamanya.

Pemusuhan Yahudi, telah dijelaskan dalam firman-Nya

“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik” [Al-Maidah : 82]

Melihat demikian panjang sejarah dan banyaknya permusuhan Yahudi terhadap Islam dan Negara Islam, maka dalam tulisan ini, kami ringkas dalam tiga marhalah [3].

Marhalah Pertama : Upaya Dan Cara Yahudi Menghalangi Dakwah Islam Pada Masa Awal Perkembangan Dakwah Islam.

Di antara upaya Yahudi dalam menghalangi dakwah Islam pada masa-masa awal perkembangan Islam adalah.

[1]. Melancarkan Embargo Dalam Bidang Ekonomi
Pada awal perkembangan Islam di Madinah, kaum Muslimin dalam kondisi perekonomian yang sangat lemah. Kaum Muhajirin datang ke Madinah tidak membawa harta. Adapun kaum Anshar yang menolong mereka pun, bukan pemegang perekonomian Madinah. Oleh karena itu, Yahudi menggunakan kesempatan ini untuk menjauhkan kaum Muslimin dari agama yang dipeluknya, dan melakukan embargo ekonomi.

Para pemimpin Yahudi enggan membantu perekonomian kaum Muslimin. Ini terjadi ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Abu Bakar menemui para pemimpin Yahudi untuk meminjam harta guna membantu urusan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika Abu Bakar memasuki Baitul Midras (tempat ibadah kaum Yahudi) didapatinya kaum Yahudi sedang berkumpul dipimpin oleh Fanhaash, seorang pembesar Bani Qainuqa. Dia merupakan salah satu ulama besar, dan mereka didampingi seorang pendeta Yahudi bernama Asy-ya.

Setelah Abu Bakar menyampaikan surat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepadanya, maka ia membaca sampai selesai dan kemudian berkata, seraya menghina : “Rabb kalian membutuhkan bantuan kami”.[4]

Perlakuan mereka tidak cukup hanya sampai di sini saja, bahkan mereka juga enggan menunaikan kewajiban yang harus mereka bayar, seperti hutang jual-beli dan amanah kepada kaum Muslimin.

Perlakuan mereka tidak cukup hanya sampai di sini saja, bahkan mereka juga enggan menunaikan kewajiban yang harus mereka bayar, seperti hutang jual-beli dan amanah kepada kaum Muslimin. Mereka berdalih, bahwa hutang, jual-beli dan amanah tersebut, terjadi sebelum Islam. Dan masuknya mereka ke dalam Islam. Ini berarti menghapus itu semua. Oleh karena itu, Allah berfirman.

“Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu ; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan : “Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi”. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui” [Ali-Imran : 75]

[2]. Menyulut Fitnah Dan Kebencian
Dalam upaya menghalangi dakwah Islam, kaum Yahudi menciptakan fitnah dan kebencian antara sesama kaum Muslimin yang pernah ada di kalangan penduduk Madinah. Yaitu dari Aus dan Khazraj semasa jahiliyah. Sebagian orang yang baru masuk Islam menerima ajakan kaum Yahudi, namun dapat dipadamkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sebagaimana kisah yang dibawakan Ibnu Hisyam dalam Sirah Ibnu Hisyam (2/588), ringkas kisahnya : Seorang Yahudi bernama Syaas bin Qais mengutus seorang pemuda Yahudi untuk duduk dan bermajlis dengan kaum Anshar. Kemudian pemuda Yahudi ini mengingatkan kaum Anshar tentang kejadian perang Bu’ats, hingga terjadi pertengkaran dan mereka keluar membawa senjata masing-masing. Hasutan ini sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam segera berangkat bersama para sahabat Muhajirin untuk menemui mereka dan bersabda.

“Wahai kaum Muslimin, alangkah keterlaluan kalian. Apakah (kalian mengangkat) seruan jahiliyah, padahal aku ada diantara kalian setelah Allah tunjuki kalian kepada Islam dan memuliakan kalian, memutus perkara jahiliyah dan menyelamatkan kalian dari kekufuran dengan Islam, serta menyatukan hati kalian”.

Mendengar seruan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka mereka sadar. Bahwa ini merupakan godaan setan dan tipu daya musuh, sehingga mereka menangis dan saling memaafkan, yaitu antara Aus dan Khazraj. Mereka pun pergi bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan patuh dan taat. Allah menurunkan firman-Nya.

“Katakanlah : “Hai Ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha Menyaksikan pada yang kamu kerjakan”. Katakanlah : “Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan”, Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan” [Ali-Imran : 99] -5]

[3] Menyebarkan Keraguan Pada Diri Kaum Muslimin
Orng-orang Yahudi berusaha memasukkan keraguan di hati kaum Muslimin, dengan melontarkan syubhat-syubhat yang dapat menggoyahkan keimanannya terhadap Islam. Dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya.

“Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya) : “Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa-apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka orang-orang mu’min) kembali (kepada kekafiran)” [Ali-Imran : 72]

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini dengan pernyataan beliau ; “Ini merupupakan tipu daya yang mereka inginkan, untuk merancukan agama Islam kepada orang-orang yang lemah imannya. Mereka sepakat menampakkan keimanan pada pagi hari (permulaan siang) dan shalat Shubuh bersama kaum Muslimin. Lalu ketika di akhir siang hari (sore hari), mereka murtad dari agama Islam, agar orang-orang yang jahil mengatakan, bahwa mereka murtad, tidak lain karena adanya kekurangan dan aib dalam agama kaum Muslimin” [6]

[4]. Memata-Matai Kaum Muslimin
Ibnu Hisyam menjelaskan adanya sejumlah orang Yahudi yang memeluk Islam untuk memata-matai kaum Muslimin, menyadap berita dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang ingin beliau lakukan kepada orang-orang Yahudi dan kaum musyrikin. Di antaranya : Sa’ad bin Hanif, Zaid bin Al-Listhi, Nu’maan bin Aufa bin Amru dan Utsman bin Aufa, serta Rafi bin Huraimila. [7]

Untuk menghancurkan tipu daya mereka, Allah berfirman.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaan orang-orang yang di luar kalanganmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata : “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah dicampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka) : “Marilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati” [Ali-Imran : 118-119]

[5]. Berusaha Memfitnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam
Orang-orang Yahudi tidak pernah berhenti berusaha memfitnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya adalah kisah yang disampaikan Ibnu Ishaq, beliau berkata ; Ka’ab bin Asad, Ibnu Shaluba, Abdullah bin Shuri dan Syaas bin Qais saling berembuk dan sepakat menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memfitnah agama beliau. Kemudian, mereka pun menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata : “Wahai Muhammad, engkau telah mengetahui, kami adalah ulama dan tokoh terhormat serta pemimpin besar Yahudi. Apabila kami mengikutimu, maka seluruh orang-orang Yahudi akan ikut dan tidak akan menyelisihi kami. Sungguh antara kami dan sebagian kaum kami terjadi persengketaan. Apakah boleh kami berhukum kepadamu, lalu engkau adili dengan memenangkan kami atas mereka?” Tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam enggan menerimanya lalu turunlah firman Allah.

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik” [Al-Maidah : 49]

Marhalah Kedua : Masa Peperangan Antara Kaum Yahudi Dan Kaum Muslimin Pada Zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam

Orang-orang Yahudi tidak cukup hanya membuat keonaran dan fitnah kepada kaum Muslimin. Mereka pun menampakkan diri bergabung kepada kaum musyrikin, dengan menyatakan permusuhan secara terang-terangan terhadap Islam dan kaum Muslimin. Namun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap menunggu, sampai mereka benar-benar telah melanggar dan membatalkan perjanjian yang pernah dibuat di Madinah.

Ketika mereka melanggar perjanjian tersebut, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan tindakan untuk menghadapi mereka, dan mengambil beberapa keputusan untuk memberikan pelajaran kepada mereka. Di antara keputusan penting tersebut adalah pengusiran Bani Qainuqa, pengusiran Bani Nadhir, perang Bani Quraidzah, dan penaklukan kota Khaibar. Setelah terjadinya hal tersebut, maka orang-orang Yahudi terusir dari jazirah Arab.

Marhalah Ketiga : Tipu Daya Dan Makar Orang-Orang Yahudi Terhadap Islam Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Wafat.

Orang-orang Yahudi memandang , tidak mungkin melawan Islam dan kaum Muslimin selama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam masih hidup. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, orang-orang Yahudi melihat adanya kesempatan untuk kembali membuat makar. Mereka mulai merencanakan dan menjalankan tipu daya untuk memalingkan kaum Muslimin dari agamanya.

Mereka melakukannya secara lebih baik dan teliti dibandingkan sebelumnya. Mereka bermaksud mewujudkan sebagian targetnya, yang dilatar belakangi oleh beberapa sebab, diantaranya :

a). Kaum Muslimin kehilangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

b). Orang Yahudi dapat mengambil pelajaran dan pengalaman dari usaha-usaha mereka terdahulu, sehingga dapat menambah hebat dalam membuat makar dan tipu daya.

c). Masuknya sebagian orang Yahudi ke dalam Islam dengan tujuan memta-matai kaum Muslimin dan merusak mereka dari dalam tubuh kaum Muslimin

Membicarakan tipu daya dan makar Yahudi terhadap kaum Muslimin, sejak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat hingga kini, membutuhkan pembahasan yang sangat panjang. Namun kami cukupkan dengan mengambil contoh tiga peristiwa besar dalam perjalanan kaum Muslimin.

[1]. Fitnah Pembunuhan Khalifah Utsman Radhiyallahu ‘Anhu
Ini merupakan awal keberhasilan Yahudi menyusup dan merusak Islam dan kaum Muslimin. Tokoh Yahudi yang bertanggung jawab atas peristiwa ini adalah Abdullah bin Saba, yang dikenal dengan Ibnu Sauda. Kisahnya cukup masyhur dan ditulis dalam kitab-kitab sejarah Islam.

[2]. Fitnah Maimun Qadah Dan Perkembangan Sekte Bathiniyah
Keberhasilan Abdullah bin Saba menciptakan fitnah di kalangan kaum Muslimin dan mengajarkan Saba’isme, membuat orang-orang Yahudi semakin berani. Belum reda fitnah Sabaiyah, mereka sudah memunculkan tipu daya yang baru, dipimpin seorang Yahudi bernama Maimun bin Dishan Al-Qadah, dengan membuat sekte Bathiniyah di Kufah, tahun 276H

Imam Al-Baghdadi menceritakan : “Di antara orang yang membangun sekte Bathiniyah adalah Maimun bin Dishaan, yang dikenal dengan Al-Qaadah. (Dia) seorang maula bagi Ja’far bin Muhammad Ash-Shadiq yang berasal dari daerah Al-Ahwaz, dan Muhammad bin Al-Husain yang dikenal dengan Dandaan. Mereka berkumpul bersama Maimun Al-Qadah di penjara Iraq, lalu membangun sekte Bathiniyah” [8]

Tipu daya Yahudi ini terus berjalan dengan beragam bentuk, sehingga sekte ini berkembang menjadi sangat luas, di kalangan kaum Muslimin, sampai-sampai menghalalkan pernikahan sesama mahram dan hilangnya kewajiban syari’at pada seseorang. [9]

[3]. Penghancuran Kekhilafahan Turki Utsmani Oleh Gerakan Masoniyah, Yang Kemudian Berdampak Perpecahan Di Kalangan Kaum Muslimin.
Orang-orang Yahudi mengetahui, bahwa sumber kekuatan kaum Muslimin adalah jika mereka bersatu dibawah kepemimpinan dalam naungan Kekhilafahan Islamiyah. Oleh karena itu, mereka selalu berusaha untuk meruntuhkan kekhilafahan yang telah ada sejak zaman Khulafa-ur Rasyidin, sampai kemudian berhasil meruntuhkan Negara Turki Utsmaniyah.

Orang-orang Yahudi memulai konspirasinya dalam meruntuhkan Negara Turki Utsmaniyah pada masa Sultan Murad ke-2 (tahun 834-855H). setelah itu, pada masa Sultan Muhammad Al-Faatih (tahun 856-886H), beliau meninggal diracun oleh thobib (dokter) beliau yang seorang Yahudi bernama Ya’qub Basya. Demikian juga Yahudi berhasil membunuh Sultan Sulaiman Al-Qanuni (tahun 926-974H) dan cucu-cucunya yang diatur oleh seorang Yahudi bernama Nurbanu.

Konspirasi Yahudi ini terus berlangsung pada masa Kekhilafahan Utsamaniyah, lebih dari 400 tahun, hingga keruntuhannya di tangan Mutsthafa Kamal Ataturk. Dalam perjalanan tipu dayanya, mereka menggunakan berbagai kekuatan, misalnya :

[1]. Yahudi Ad-Dunamah. Di antara tokohnya adalah Madhat Basya dan Musthafa Kamal Ataturk. Mereka sangat berperan dalam menghancurkan Kekhilafahan Utsmaniyah.

[2]. Salibis Eropa yang sangat membenci Islam dan kaum Muslimin. Mereka menekan negara Eropa, seperti Bulgaria, Rumania, Namsa, Perancis, Rusia, Yunani dan Italia.

[3]. Organisasi bawah tanah (rahasia), khususnya Masoniyah yang terus berusaha merealisasikan tujuan dan target Zionis.

Catatan mutakhir telah merekam usaha-usaha Musthafa Kamal Ataturk dalam menghancurkan Kekhilafahan Utsmaniyah, di antaranya :

a). Pada awal November 1922M ia menghapus kesultanan dan membiarkan kekhilafahan.

b). Pada 18 November 1922M, ia mencopot Wahiduddin Muhammad ke-6 dari kekhilafahan.

c). Pada Agustus 1923M, ia mendirikan Hizbusy-Sya’b Al-Jumhuriyah (Partai Rakyat Republik) dengan tokoh-tokoh pentingnya kebanyakan dari Yahudi Ad-Dunamah dan Masoniyah.

d). Pada 20 Oktober 1923M, Republik Turki diresmikan dan Al-Jum’iyah Al-Wathaniyah (Organisasi Nasional) memilih Musthafa Kamal Pahsya Attaturk sebagai Presiden Turki.

e). Pada 2 Maret 1924M, kekhilafahan dihapus total.

Demikian catatan ringkas sejarah permusuhan Yahudi, sejak zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga masa mutakhir ini, mereka tak henti-hentinya melakukan makar, tipu daya dan permusuhan terhadap kaum Muslimin. Mudah-mudahan uraian ringkas ini dapat menjadi pelajaran bagi kaum Muslimin.

Untuk lebih detail tentang sekte Bathiniyah, silahkan merujuk kepada kitab-kitab yang memuat pembahasan sekte-sekte dalam Islam.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi Khusus 07-08/Tahun X/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]
_________
Footnotes
[1]. Al-Yahudiyah wal Masuniyah, karya Syaikh Abdurrahman Ad-Dausari, Cetakan Pertama, Tahun 1414H, Darus Sunnah, Kairo, halaman 25
[2]. Majalah Al-Ashalah, edisi 30/Th. V/15/Syawwal 1421H. Lihat terjemahannya oleh Ust. Ahmas Fais dalam Majalan As-Sunnah Edisi 8/V/1422/2001M. halaman 19.
[3]. Pembagian dan penjelasan tiga marhalah ini diambil dari kitab Badzlul Majhud fi Itsbat Musyabahatil Rafidhah bil Yahud, Abdullah Al-Jumaili, 1/40-69, secara ringkas dengan penambahan dari beberapa referensi yang disebutkan dalam footnote.
[4]. Badzul Majhul, 1/42. Riwayat ini juga dibawakan Imam Ath-Thabrani, Ibnu Katsir dan Al-Baghawi dalam tafsir mereka terhadap firman Allah surat Ali-Imran ayat 181. lihat Tafsir Ath-Thabari 7/444
[5]. Diringkas dari Badzlul Majhud, 1/44-45
[6]. Tafsir Ibnu Katsir, 1/273
[7]. Lihat Sirah Ibnu Hisyam, 2/556
[8]. Al-Farqu Bainal Firaq, halaman 282, dinukil dari Badzlul Majhud, 1/61
[9]. Untuk lebih detail tentang sekte Bathiniyah, silahkan merujuk kepada kitab-kitab yang memuat pembahasan sekte-sekte dalam Islam.