9/16/07

KAIDAH FIQHIYYAH bag - 5

KAIDAH KESEBELAS

والأصل في عاداتنا الإباحة حتى يجيء صارف الإباحة
Wal aslu fi 'aadaatinal ibaahati hatta yajii u sooriful ibahah
Artinya : dan hukum asal dalam kebiasaan ( adat istiadat ) adalah boleh saja sampai ada dalil yang memalingkan dari hukum asal.
هذه القاعدة من القواعد المندرجة تحت قاعدة "اليقين لا يزال بالشك". والمراد بالعادات: ما لا يتقرب به الإنسان، ويتعبد به. ويراد بالإباحة: الإذن في فعل الشيء، وفي تركه.ويدل على هذه القاعدة -أن الأصل في العادات الإباحة- عدد من النصوص الشرعية، منها قول الله - عز وجل - { هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا } (سورة البقرة آية : 29)
Kaidah ini termasuk dalam ruang lingkup pembahasan kaidah "hal yang pasti diyakini tidak gugur dengan keraguan ( "اليقين لا يزال بالشك")
Adapun yang dimaksud dengan kebiasaan ((العادات adalah : apa saya yang dilakukan seorang hamba dalam kehidupan sehari-hari bukan untuk mendekatkan diri kepada allah dan bukan merupakan ibadah, dalam syarahnya as syeikh ubaid al jabiri dikatakan ((العادات jamak dari kata : عادة adapun maknanya : ما اعتاده الناس apa saya yang biasa di kerjakan dan dilakukan oleh manusia, dan setiap kaum, kabilah , masyarakat dan negara memiliki adat dan kebiasaan yang berbeda, dan hukum asal dari kebiasaan adat istiadat adalah boleh selama tidak menyelisihi hukum syar'ii, ( pent.) adapun yang dimaksud dengan boleh ( الإباحة) adalah : boleh mengerjakan sesuatu ataupun meninggalkannya.
Adapun dalil dari kaidah ini adalah beberapa nash-nash syar'ii diantaranya
Dalil dari al qur'an
firman Allah SWT : { هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا } (سورة البقرة آية : 29)
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu ( QS al baqarah : 29 )
Firman allah SWT :
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ (15)
Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. ( QS al mulk : 15 )
Firman Allah SWT :
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang Telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik ( QS al a'raf: 32 ) . dari ayat ini kita dapat mengambil faedah bahwasanya hukum asal perhiasan serta apa saya yang allah anugerahkan buat hambanya adalah boleh dan halal.
Dalil dari as sunnah
الحلال ما أحله الله و الحرام ما حرمه الله وما سكت عنه فهو عفو ( حديث رواه أبو داود في كتاب الأطعمة باب ما لم يذكر تحريمه حديث رقم : 3800 و قال الشيح الألباني : صحيح الإسناد )
" sesuatu yang halal itu adalah apa yang dihalalkan allah dan sesuatu yang haram apa-apa yang diharamkan allah , adapun sesuatu yang didiamkanNYA adakah dimaafkan ( HR abu dawud kitab " al ath'imah bab: apa saja yang tidak disebutkan pengharamanya hadist no : 3800 dan berkata as syeikh al albani : shahih sanadnya)
وهذه القاعدة كما تنفي التحريم تنفي الوجوب أيضا، فالعادات الأصل فيها أنها مباحة، ليست بواجبة، وليست بمحرمة؛ لأن صرف الإباحة قد يكون بدليل يطلب الفعل، وقد يكون بدليل يطلب ترك الفعل، ومن الأدلة على هذه القاعدة قول النبي - صلى الله عليه وسلم - " إن من أعظم المسلمين جُرما من سأل عن شيء لم يحرم، فحرم من أجل مسألته " كما في الصحيح،
Dalam kaidah ini menunjukkan tidak adanya keharaman atau larangan maka menunjukkan pula tidak adanya perintah wajib untuk melakukannya, karena semua kebiasaan manusia adalah boleh-boleh saja dilakukan, dan tidak wajib dan tidak pula haram dan ataupun dilarang, adapun yang memalingkan dari hukum asalnya ada kalanya dalil tersebut merupakan perintah untuk mengerjakan, dan ada kalanya dalil tersebut merupakan larangan untuk mengerjakannya, dan termasuk dalil dari masalah ini adalah sabda rasulullah SAW : " sesungguhnya paling besar dosanya seorang muslim adalah orang yang bertanya sesuatu yang tidak ada pengharamannya, kemudian dia mengharamkanya karena demi suatu masalahnya." Sebagaiaman dalam kitab shahih.
وقول المؤلف هنا: "حتى يجيء صارف الإباحة" يعني: إذا ورد دليل من الشارع يدل على: أن العادة ليست مباحة، وإنما هي محرمة، فإنه يعمل بهذا الدليل، ولا يعمل بقاعدة "الأصل في العادات الإباحة". وهذا يدلنا على أن الشريعة قد شملت جميع أفعال العباد بالأحكام . وليست الشريعة خاصة بالمساجد -بدور العبادة- وبالعبادات فقط، بل الشريعة شاملة عامة، تشمل جميع أفعال المكلفين، سواء ما كان منها عادة، أو ما كان عبادة، وهذا من فضل الله - عز وجل - علينا بهذه الشريعة.
Adapun makna sampai ada dalil yang memalingkan hukum asalnya yang mubah
( ("حتى يجيء صارف الإباحة" adalah : jika ada suatu dalil syar'ii yang menunjukkan bahwasanya kebiasaan tersebut adalah dilarang maka kita mengamalkan dalil tersebut, dan tidak mengamalkan kaidah tersebut
"الأصل في العادات الإباحة" dan ini menunjukkan bahwasanya syari'at islam ini mencakup semua perbuatan hambanya dan perbuatan tersebut ada hukum-hukumnya, dan bukanlah syari'at islam ini hanya khusus berputar disekitar masjid dan hanya membahas masalah ibadah saja, akan tetapi syari'at islam ini mencakup semua perkara secara umum, dan mencakup semua perbuatan hambanya baik hal itu adalah adat kebiasaan ataupun masalah ibadah, dan ini merupakan keutamaan yang Allah limpahkan kepada kita dengan syari'atnya.

KAIDAH KE DUA BELAS

الأصل في العبادات التحريم
Al aslu fil ibaadari at tahrim

( hukum asal ibadah adalah haram )

Dalam mandhumah qowaidil fiqhiyyah nya as syeikh as sa'dhiy dikatakan:
وليس مشروعا من الأمور غيرُ الذي في شرعنا مذكور
Walaisal masru'an minal umuri ghoirul ladhi fi syar'inaa madhkurun

( dan semua perkara agama yang tidak ada dalam syari'at kita maka itu bukanlah syari'at islam )
sebagaian ulama mengungkapan kaidah ini dengan redaksi yang berbeda diantaranya:
الأصل في العبادات الحظرالا بنص
Al aslu fil ibaadaati al khatri illa binassin
( hukum asal dalam semua ibadah adalah haram kecuali ada nash yang mensyariatlannya)
Dalam mulakhos qowaidul fiqhiyyah as syeikh al usaimin yang di ringkas oleh abu humaid abdullah al falasy dikatakan dalam kaidah ke empat belas:
القاعدة الرابعة عشرة: الأصل في العبادات المنع.
Hukum asal dalam semua ibadah adalah dilarang.
هذا فيه قاعدة: الأصل في العبادات التحريم. فلا يجوز للإنسان أن يتعبد لله - عز وجل - بعبادة، إلا إذا ورد دليل من الشارع بكون تلك العبادة مشروعة. ولا يجوز لنا أن نخترع عبادات جديدة، ونتعبد الله - عز وجل - بها، سواءً عبادة جديدة في أصلها، ليست مشروعة، أو نبتدع صفة في العبادة ليست واردة في الشرع، أو نخصص العبادة بزمان أو مكان .
Dalam mandhumah diatas terdapat kaidah : hukum asal dalam peribadatan adalah haram, maka tidak boleh bagi siapaun untuk beribadah kepada allah SWT dengan suatu ibadah kecuali ada dalil dari al qur'an dan as sunnah yang mensyariatkan ibadah tersebut, dan tidak boleh bagi kita untuk membuat suatu bentuk ibadah-ibadah yang baru dan kita beribadah kepada allah dengannya, baik dalam bentuk ibadah yang baru yang kita ada-adakan dan tidak ada syari'atnya, atau menambah bentuk ibadah yang ada dengan sifat dan tata cara yang tidak ada contohnya dalam syari'at, atau kita mengkhusukan suatu ibadah pada waktu tertentu dan tempat tertentu yang tidak ada dalilnya dari al qur'an dan as sunnah.
كل هذا من البدع المحرمة في الشريعة، ودليل تحريم البدع، وعدم جواز التعبد -عبادة الله - عز وجل - بها- قوله سبحانه: { قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ } (آل عمران : 31) فالأصل الاتباع. وقوله -جل وعلا-: { وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ } (الأعراف : 158.) وقوله سبحانه: { لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ } (سورة الأحزاب آية : 21) وقوله - عز وجل - { أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ } (سورة الشورى آية : 21) .
Karena semua perkara ibadah yang tidak ada perintah dan dalil syar'ii merupakan bid'ah dan semua perkara bid'ah dalam agama hukumnya haram , adapun dalil yang melarang bid'ah dan tidak boleh beribadah kepada allah dengan suatu ibadah yang baru diantaranya all
Dalil dari al qur'an :
{ قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ } (آل عمران : 31)
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." ( QS ali imran : 31) dalam ayat ini di perintahkan bagi kita untuk mengikuti ( itiba') rasulullah SAW .
وقوله -جل وعلا-: { وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ } (الأعراف : 158.)
dan ikutilah Dia ( muhammad ) supaya kamu mendapat petunjuk".( QS al a'raf : 158 )
وقوله سبحانه: { لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ } (الأحزاب آية : 21)
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu ( QS al ahzab:21 ).
وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah.( QS al hasr : 7).
وقوله - عز وجل - { أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ } (الشورى آية : 21)
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? ( Qs as suura': 21 )
فالتشريع حق خاص بالله - عز وجل
Maka membuat syari'at dalam agama merupakan hak khusus bagi allah semata,

Dalil dari sunnah من السنة حديث عائشة الصحيح: " من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه، فهو رد ( متفق عليه )
Di riwayatkan oleh aisyah RA : rasulullah bersabda : barang siapa yang mengada-adakan dalam perkara agama kami yang tidak ada perintahnya maka perkara tersebut tertolak ( HR bukhari dalam kitab : as shulhu, hadist no : 2697 dan muslim dalam kitab aqdhiyyah hadist no : 1718)
" وفي رواية: " من عمل عملا ليس عليه أمرنا، فهو رد "
Dalam riwayat lain dikatakan : " barang siapa mengerjakan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami ( allah dan rasulnya ) maka amalan tersebut tertolak.

وفي حديث العرباض أن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: " وإياكم ومحدثات الأمور، فإن كل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة " كما في النسائي .
Dan dalam hadist yang di riwayatkan oleh irbadh bin syari'ah, bahwasanya rasulullah bersabda: dan berhati-hatilah kalian dari perkara –perkara yang baru dalam agama,karena sesunggunya semua perkara yang baru adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat ( lihat sunan nasa'i )
إذا تقرر ذلك، فإن هذه القاعدة قاعدة عظيمة، تحصل بها حماية الشريعة من التحريف والتبديل. فإنه لو قيل بجواز اختراع عبادات جديدة، لكان ذلك وسيلة إلى تبديل الشريعة، ووسيلة إلى وصف الشريعة بكونها ناقصة، وأننا نأتي نكملها ونزيد فيها، ووسيلة إلى الطعن في كون النبي - صلى الله عليه وسلم - خاتما للأنبياء والرسل.
Maka jika kita sudah mengetahui yang demikian itu , sesungguhya kaidah inu meruoakan kaidah yang sangat agung, dimana kaidah ini merupakan kaidah untuk menjaga syari'at ini dari penyelewengan dan perubahan, karena jika dikatakan boleh membuat dan mengada-ada dalam ibadah sungguh yang demikian itu merupakan sarana dan jalan untuk menganti dan merubah syari'at islam, dan menyebabkan suatau keyakinan bahwasanya : agama dan syari'at islam belum sempurna , dan kita datang dengan ibadah yang beru tersebut sebagai pelengkap dan penyempurna agama ini, dan yang demikian itu merupakan cercaan kepada nabi muhammad sebagai penutup para nabi dan rasul dan menyatakan bahwasanya nabi muhammad menyembunyikan syari'at, padahal allah telah berfirman :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ( المائدة:3 ) .
pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. ( al maidah : 03 )
kaidah ini merupakan kebalikan dari kaidah sebelumnya (الأصل في العادات الإباحة ) hukum asal dalam kebiasaan adalah boleh dan mubah, namun maksud dan tujuan nya adalah satu , kalo dalam adat dan kebiasan harus mengemukakan dalil dalam pengharamnya, sedang dalam perkara ibadah harus mengemukakan dalil dalam perintah dan syariatnya
ومن أمثلة العبادات غير المشروعة: ما يفعله بعض الناس من التقرب لله - عز وجل - بالتصفيق أو بالرقص والغناء، هذه إذا فُعلت على جهة العبادة تكون بدعة مخالفة للشريعة. ومثل الاحتفال برأس السنة، أو الاحتفال بالمولد النبوي، ومثل ذلك أيضا: إذا كان العمل لم يرد فيه إلا دليل ضعيف، فإنه يحكم بكونه بدعة؛ لأنه لا يصح تقرير عبادة جديدة بواسطة الحديث الضعيف. مثل الحديث الوارد في صلاة التسبيح .
Adapun contoh-contoh ibadah yang tidak ada syari'atnya diantaranya: apa yang di lakukan oleh sebagain orang dalam rangka beribadah mendekatkan diri kepada allah SWT dengan cara : bertepuk tangan, sambil berjoget dan menari, dan mendendangkan nyanyian ( seperti yang dilakukan oleh kaum sufi ) , maka hal yang demikian itu jika dimaskudkan dengan tujuan ibadah, maka hal tersebut adalah bid'ah dan menyelisihi syari'at.contah lainya adalah : perayaan tahun baru, atau peraaan maulid nabi, atau suatu ibadah denagn dalil hadist dhoif, maka hal itu di hukumi sebagai bid'ah, karena tidak boleh menetapkan suatu ibadah yang baru dengan dalil haidst dhaif, seperti hadist tentang shalat tasbih.
وإذا نذر الإنسان عبادة غير مشروعة، فإن نذره لا ينعقد، ولا يجب عليه الوفاء بذلك النذر، ولا يجب عليه كفارة. ودليل ذلك أن النبي - صلى الله عليه وسلم - رأى رجلا واقفا في الشمس فسأل عنه فقيل: هذا أبو إسرائيل. نذر أن يقوم في الشمس، ولا يقعد ولا يستظل، وأن يصوم. فقال النبي - صلى الله عليه وسلم - " مروه أن يقعد ويستظل، وأن يتم صومه " فأمره بالوفاء بنذر العبادة المشروعة، وهو الصوم، ونهاه عن الوفاء بنذر العبادة غير المشروعة، وهي الوقوف وعدم الاستظلال، ولم يأمره بالكفارة.
Contoh lain , jika seseorang bernadhar dengan suatu ibadah yang tidak ada syari'atnya maka nadharnya tidak boleh di yakini dan tidak boleh melaksanakan nadhar tersebut, dan tidak wajib baginya kafarah ( membayar denda) adapun dalilnya: bahwasanya rasulullah SAW melihat seorang laki-laki berdiam diri dengan berdiri dibawah terik matahari, maka rasulullah bertanya tentangnya, maka dikatakan kepada belaiu: dia itu adalah abu israil, dia bernadhar akan untuk berdiam diri dibawah terik matahari, tidak duduk dan tidak berteduh sambil berpuasa, maka rasulullah berkata: perintahkan kepadanya untuk duduk dan berteduh ( membatalkan nadharnya) dan boleh melanjutkan puasanya, dan rasulullah melarang dari melaksanakan nadhar ibadah yang tidak ada perintah dari syariat, yaitu berdiri dan tidak berteduh, dan rasulullah tidak memrintahkan untuk mengantinya dengan kafarah.
إذا تقرر ذلك، فقد يأتي الفعل غير المشروع زيادة على الفعل المشروع، فيكون أصل الفعل مشروعا، ولكن الزيادة ليست مشروعة، فحينئذ الزيادة لا شك أنها باطلة. ولكن هل تعود على أصل الفعل بالإبطال؟ نقول: الأفعال على صنفين:
الصنف الأول: ما تكون الزيادة متصلة بالمزيد عليه، فحينئذ تبطله الزيادة، تبطل المزيد عليه.مثال ذلك: من صلى الظهر خمس ركعات، فإن صلاته كلها باطلة؛ لأن الركعة الزائدة متصلة بالأربع النوع الثاني: زيادة منفصلة، فحينئذ لا تعود على أصل الفعل بالإبطالمثال ذلك: من توضأ أربع مرات أربع مرات ، فالمرة الرابعة بدعة، لكن لا تعود على الغسلات الثلاث بالإبطال؛ لكونها منفصلة عنها. نعم.
Dari penjelasan diatas maka ada suatu pembahasan yaitu : menambah dalam ibadah yang disyariatkan dengan perkara yang tidak ada syari'atnya, maka tidak diragukan lagi tambahan tersebut bathil, namun apakah ibadah tersebut menjadi batal dan tidak syah dan kita harus mengulangnya lagi , maka di sana ada dua pembahasan :
Pertama : jika tambahan tersebut bersambung lansung dengan ibadah aslinya dan terus berhubungan tanpa ada pemisah maka batallah ibadahnya, misalnya : orang yang sholat dhuhur lima raka'at maka rakaat tambahanya membatalkan sholat tersebut karena satu rakaat tamabahan tersebut bersambung lansung dengan 4 rakaat ibadah asalnya.
Kedua: jika tambahan tersebut terpisah dengan ibadah aslinya maka tidak membatalkan ibadah aslinya dan tidak harus mengulanginya dari awal, misalnya: orang yang berwudhu empat kali empat kali , maka tambahan empat tersebut bid'ah namun tidak membatalakan yang tiga kali yang merupakan ibadah asalnya, karena tambahan tersebut ada jarak dan pemisah dengan ibadah aslinya, atau misal lainya : nadhar dan puasa yang dilakukan oleh abu israil dalam hadist diatas. ( wallahu a'lam bishowab )

No comments: